Kumpulan serangga mengerumuni lampu. (commons.wikimedia.org/CGP Grey)
Lalu, kenapa serangga malam seperti laron suka mengerumuni lampu? Kalau asumsinya cahaya lampu mengundang serangga, harusnya mereka terbang langsung ke arah cahaya. Asumsi itu gak menjelaskan perilaku berkerumun dan terbang mengitari lampu tanpa henti.
Untuk mencari tahu jawaban pastinya, tim peneliti merekam jalur penerbangan serangga malam di sekitar cahaya buatan menggunakan penangkapan gerak (motion capture) inframerah beresolusi tinggi dan rekaman video inframerah berkecepatan tinggi. Hasilnya, semua rekaman menunjukkan kalau serangga selalu menghadapkan punggungnya ke arah cahaya buatan. Menurut laman Phys.org, perilaku ini disebut dorsal light response.
Di alam liar, langit lebih terang daripada permukaan tanah. Dorsal light response membantu serangga tetap berada pada orientasi yang tepat untuk terbang dengan menghadapkan punggungnya ke arah langit. Pada zaman modern, cahaya buatan seperti lampu jalan terlihat jauh lebih terang dari langit. Jumlahnya pun banyak. Saat serangga "mengorbit" dengan mengarahkan punggungnya ke arah lampu jalan ketimbang langit, jalur penerbangannya jadi terganggu.
Studi yang dipublikasikan jurnal Nature Communications pada akhir Januari 2024 lalu itu menunjukkan kalau serangga yang mengerumuni lampu sebenarnya sedang terperangkap dalam cahayanya. Saat serangga terbang melintas di bawah cahaya buatan, mereka akan makin miring ke atas karena punggungnya terarah ke bola lampu. Mereka akan terus terbang lurus ke atas sampai akhirnya jatuh dari udara.
Makin dramatisnya lagi, saat serangga terbang di atas cahaya buatan, mereka akan terbang terbalik. Punggungnya dihadapkan ke arah bola lampu yang ada di bawahnya. Pola terbang yang kacau ini menunjukkan kalau serangga sebenarnya kehilangan orientasi atas dan bawah.