Salah satu alasan mengapa Pluto tidak lagi dianggap planet karena Pluto tidak memiliki sifat "pembersih" yang dihasilkan dari orbitnya. Selain harus berbentuk bulat dan mengorbit pada bintang terbesar, planet harus dapat membersihkan lingkungan di sekitar orbit yang ia lalui.
Apa maksudnya "membersihkan lingkungan" pada orbit planet? Begini, kamu bisa membayangkan sebuah planet yang terus bergerak mengelilingi Matahari. Nah, dalam setiap orbit planet-planet tersebut, seharusnya kekuatan gravitasi planet itu akan membersihkan segala macam benda atau objek yang ada dalam lintasan orbit planet tersebut.
Syarat mutlak tersebut dinamakan "dominasi orbital", yakni sebuah kriteria khusus yang harus ada pada setiap planet di tata surya kita. Dengan dominasi orbital tadi, sebuah planet dapat menjadi objek angkasa dengan gravitasi dominan dalam jalur orbitnya sendiri. Tidak boleh ada objek lainnya di sekitar planet, kecuali satelit alam atau bulan.
Nah, bagaimana dengan Pluto? Ternyata, Pluto tidak memiliki dominasi orbital. Bahkan, model orbit Pluto dianggap aneh dan tidak wajar, seperti ditulis dalam laman sains Discovery. Pluto mengorbit pada sudut 17 derajat, berbeda dengan Bumi yang mengorbit pada sudut 1,5 derajat.
Orbit Pluto juga cenderung melebar hingga membentuk bentuk elips yang sangat ekstrem. Model orbit tersebut dinilai cukup unik dan elastis sehingga objek angkasa yang dapat melakukannya tidak lagi dianggap sebagai planet. Para ilmuwan menyatakan jika jalur orbital terlalu renggang, sebuah objek di tata surya dapat keluar dari tata surya.
Kondisi Pluto yang "nakal" dan liar ini membuat orbitnya menjadi tidak stabil. Ketidakstabilan orbital tentu saja tidak akan mampu membersihkan lingkungan di sekitar orbit planet yang bersangkutan. So, atas dasar alasan logis inilah, ilmuwan menurunkan status Pluto menjadi planet katai.