Patung Gilgamesh (commons.wikimedia.org/D. Gordon E. Robertson)
Sebelum Gilgamesh pergi, Utnapishtim memberitahunya tentang tanaman yang bisa memperbarui masa mudanya, yang tumbuh di dasar laut. Gilgamesh menyelam ke laut dan mengambil tanaman itu, dengan harapan bisa membawanya ke Uruk dan membagikannya dengan rakyatnya.
Namun, dalam perjalanan pulang, Gilgamesh berhenti di sebuah kolam untuk mandi, dan meninggalkan tanaman itu di pinggir kolam. Seekor ular datang dan mencuri tanaman itu, dan kemudian mengganti kulitnya, menjadi muda lagi.
Gilgamesh melihat ini, dan merasa sangat sedih dan putus asa. Ia menyadari bahwa ia tidak bisa menghindari kematian, dan bahwa satu-satunya hal yang bisa ia tinggalkan adalah nama baik dan prestasinya sebagai raja. Ia kemudian kembali ke Uruk, dan memuji keindahan dan kemegahan kota itu, yang ia bangun dengan usahanya sendiri.
Dari cerita Gilgamesh dan Utnapishtim, dapat disimpulkan bahwa manusia atau makhluk hidup tidak dapat melawan takdir. Contoh yang jelas adalah Gilgamesh, yang berharap untuk mencapai keabadian seperti Utnapishtim. Namun, takdir Gilgamesh berbeda dengan Utnapishtim; Gilgamesh tidak akan pernah mencapai keabadian, tidak peduli seberapa keras usahanya. Semoga pelajaran dari cerita ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, dan semoga kita dapat belajar bersama serta merenungkan makna yang berharga bagi kehidupan kita.