Pada 1960an-1970an, para astronom berhipotesis bahwa kemungkinan besar, alam semesta memiliki massa yang lebih banyak daripada yang terlihat. Vera Rubin, seorang astronom di Carnegie Institution of Washington, mempelajari kecepatan bintang di berbagai lokasi di berbagai galaksi.
Hasilnya, hampir tidak ada perbedaan antara kecepatan bintang di pusat galaksi dan bintang di tubuh galaksi lebih jauh. Tetapi, temuan tersebut bertentangan dengan fisika Newton dasar, bahwa bintang-bintang di pinggiran galaksi akan mengorbit lebih lambat.
Jadi, para astronom mendefinisikan fenomena aneh ini sebagai "materi gelap". Meskipun tidak dapat dilihat, materi gelap memiliki massa, sehingga para peneliti menyimpulkan keberadaannya berdasarkan tarikan gravitasinya pada materi biasa.
Faktanya, materi gelap diperkirakan membentuk sekitar 23 persen alam semesta, sementara hanya 4 persen dari alam semesta yang adalah materi biasa seperti bintang, planet, dan manusia. Sementara para astronom dapat segera mendeteksi partikel materi gelap, sifat-sifat tertentu dari materi gelap tersebut masih belum diketahui.
"Para ilmuwan masih belum tahu mengenai materi gelap. Tetapi, hal itu bisa segera berubah, dan dalam beberapa tahun, fisikawan mungkin bisa mendeteksi partikel materi gelap. Studi tentang 'galaksi katai' dapat menguji apakah suhu materi gelap sedingin es seperti yang diasumsikan oleh teori kebanyakan, atau lebih hangat. Pada dasarnya, ini adalah pertanyaan tentang seberapa besar partikel materi gelap," jelas Cho.