Kereta peluru dirancang untuk meniru peluru yang melaju di kecepatan tinggi. Tetapi, ada satu masalah utama: saat kereta melaju, tekanan udara menumpuk dalam gelombang dan menghasilkan suara seperti senapan. Penumpang mengeluhkan hal ini dan merasakan sakit kepala saat kereta keluar dari terowongan.
Hal ini menjadi perhatian Eiji Nakatsu, insinyur di perusahaan kereta api Jepang JR-West. Sebagai seorang pengamat burung (birdwatcher), ia mengamati kingfisher. Burung ini punya paruh panjang dan hampir tidak membuat riak ketika mereka menembus air untuk menangkap ikan.
Dari pengamatannya ini, Eiji menerapkan struktur paruh kingfisher ke bagian depan kereta. Ini membuat kereta keluar dengan tenang dari terowongan, meningkatkan kecepatan serta efisiensi energi, dilansir laman Did You Know Science.
Alhasil, kereta peluru Shinkansen menghasilkan kecepatan maksimum 320 km/jam dan hanya menghasilkan 16 persen karbon dioksida. Perubahan pada moncong kereta bisa menghasilkan perbedaan besar, ya?