Di dunia yang sudah modern ini, adalah hal yang mustahil untuk menemukan sebuah kelompok masyarakat yang masih berpegang teguh pada kebudayaan kuno dari zaman batu. Atau...?
Pada 1971, Manuel Elizalde, kepala dari PANAMIN, lembaga bentukan pemerintah Filipina untuk melindungi kebudayaan suku minoritas, menyatakan bahwa ia telah menemukan suku Tasaday di pedalaman Mindanao. Terlepas dari modernitas zaman, penduduk suku Tasaday yang berjumlah hanya 27 jiwa (hanya enam keluarga) masih menggunakan batu sebagai alat utama, tinggal di gua, dan mengenakan pakaian anyaman daun.
Lagi-lagi, pada 1972, National Geographic kemudian memasukkan kisah suku Tasaday ke dalam The Last Tribes of Mindanao sebanyak 32 halaman hingga menggemparkan dunia!
Presiden Filipina pada saat itu, Ferdinand Marcos, kemudian menyatakan wilayah suku Tasaday sebagai cagar alam dan budaya. Dengan kata lain, para peneliti tidak diperbolehkan masuk ke wilayah itu.
Setelah Marcos dimakzulkan dari kursi presiden pada 1986, seorang jurnalis dan antropolog asal Swiss, Oswald Iten, bersama rekannya pergi secara diam-diam mengunjungi suku Tasaday. Bayangkan, betapa terkejutnya Iten saat menemukan bahwa para penduduk Tasaday hidup layaknya orang modern!
Bukan seperti manusia purba dari zaman Paleolitikum. Mereka mengenakan pakaian biasa, naik motor, dan tinggal di rumah-rumah biasa.
Saat berbincang-bincang dengan enam penduduk Tasaday selama dua jam, ternyata mereka dipaksa oleh Elizalde dan kroni Marcos untuk berpura-pura menjadi manusia purba. Elizalde memaksa mereka mengenakan daun, tinggal di gua dengan janji mereka akan mendapatkan uang yang berlimpah.
Kemudian, banyak antropolog dunia ikut meneliti suku Tasaday dan menyatakan bahwa sekalipun mereka memang suku yang tinggal di hutan dan jauh dari masyarakat modern, mereka hanya terisolasi sekitar 150 tahunan. Berarti bukan 1.000 tahun seperti yang diklaim oleh Elizalde.
Melalui bukunya "The Tasaday Controversy: Assessing The Evidence" pada 2009, antropolog spesialis suku-suku asli benua Asia, Thomas Headland, menyatakan bahwa propaganda suku Tasaday hanyalah hoaks belaka.
Itulah kumpulan hoaks ilmiah terbesar sepanjang sejarah ilmiah modern. Walaupun beberapa hoaks ini terkesan dangkal dan konyol, beberapa ternyata menginspirasi atau menjadi fondasi untuk penemuan berikutnya. Tapi, selalu ingat:
"Jangan telan berita mentah-mentah!"