Wikimedia Commons/Jialiang Gao
Jika empat masa tadi berasal dari mancanegara, masa yang satu ini muncul di Indonesia. Terjadi di masa penjajahan Belanda, Gunung Tambora di Sumbawa, NTT, meletus pada 1815. Meskipun meletus di Indonesia, efeknya menjalar hampir ke seluruh dunia, lho!
Percayalah, hidup di masa ini, ditambah di bawah penjajahan Belanda, bukanlah hal yang mudah.
Walaupun 68 tahun kemudian Gunung Krakatau meletus juga, ternyata letusannya tidak mengalahkan kedahsyatan Tambora. Dari Sumbawa, guruh di Gunung Tambora terdengar hingga pulau Sumatra! Tidak heran, dunia menganggap letusan Tambora sebagai letusan terdahsyat sepanjang 10 ribu tahun terakhir.
Sekitar 11 ribu jiwa melayang karena letusan Tambora, sementara lebih dari 71 ribu meninggal dikarenakan pencemaran dan kelaparan yang diakibatkan oleh letusan Tambora. Belum lagi jika dihitung dengan korban di bagian daerah lain yang kena efek sekundernya.
Selain itu, anomali iklim terjadi setelah letusan Gunung Tambora. Hal tersebut dikarenakan substansi sulfur yang terlempar ke lapisan stratosfer Bumi. Akibatnya, sinar matahari tertutup dan suhu udara dunia menurun hingga 0,7°C. Oleh karena itu, tahun 1816 dikatakan sebagai "tahun tanpa musim panas".
Anomali iklim tersebut membuat gagal panen di mana-mana, dan wabah melanda ternak. Akibatnya, harga pangan naik dan kelaparan melanda kaum miskin, serta demonstrasi dan penjarahan di benua Eropa. Krisis pangan pada 1816 adalah yang terburuk di abad ke-19.
Itulah masa-masa tersulit sepanjang sejarah. Apakah kamu sudah merasa sedikit lega masih berada di zaman modern ini? Semoga pandemik COVID-19 segera berakhir, ya!
"Amin!"