ilustrasi virus MERS (news-medical.net)
Pertama kali terlihat di Arab Saudi pada 2012, sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) disebabkan juga oleh virus dalam famili virus corona (MERS-CoV). Seperti namanya, penyakit ini umumnya menyerang negara-negara Jazirah Arab. Disebut juga "flu unta", manusia tertular MERS dari kontak dengan unta.
Menyerang paru-paru, MERS bisa berakibat fatal pada pasien dengan komorbiditas lain (diabetes, gagal ginjal, penyakit paru kronis, dan sistem imun lemah). Pada kasus MERS parah, pasien dapat mengalami komplikasi seperti pneumonia. Selain itu, pasien MERS juga dapat mengalami gagal napas, gagal ginjal, hingga kematian.
Muncul 2-14 hari setelah paparan virus, gejala-gejala MERS dapat berkisar dari asimtomatik, ringan, sedang, hingga parah. Menurut American Lung Association (ALA), gejala-gejala umum pada MERS adalah:
- Sesak napas
- Demam
- Batuk (dengan atau tanpa darah)
- Sakit tenggorokan
- Sensasi sakit dan nyeri pada otot serta perut
- Muntah
- Diare
ilustrasi unta (unsplash.com/Robert Metz)
Selain Arab Saudi, MERS sempat mewabah di Korea Selatan pada 2015 silam. Menurut data WHO per Maret 2021, MERS menginfeksi lebih dari 2.500 orang di seluruh dunia. Selain itu, penyakit ini membunuh hampir 800 jiwa. Oleh karena itu, WHO memprakirakan MERS memiliki tingkat mortalitas hingga 35 persen.
Hingga saat ini, tidak ada vaksin atau perawatan yang pasti untuk MERS, jadi perawatan MERS berfokus pada gejala yang dialami. Akan tetapi, perawatan MERS yang sering digunakan adalah oksigenasi membran ekstrakorporeal (ECMO) atau paru-paru buatan.
Karena tidak ada vaksin, maka tindakan pencegahan MERS lebih berfokus pada gaya hidup. WHO menyarankan beberapa langkah pencegahan seperti:
- Praktik cuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh hewan (terutama unta)
- Tidak berdekatan dengan hewan (terutama unta) yang sakit
- Tidak meminum susu unta mentah atau urine unta dan memakan daging unta mentah
Itulah 12 virus paling mematikan dalam sejarah dunia. Ada yang sudah musnah, ada yang masih beredar, dan bahkan ada yang hidup berdampingan dengan manusia. Oleh karena itu, alangkah baiknya manusia lebih fokus mengembangkan ilmu kesehatan dibandingkan ilmu perang.