Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi lilin
ilustrasi lilin (pexels.com/Maria Tyutina)

Intinya sih...

  • Sejarah lilin berasal dari peradaban kuno, seperti Mesir Kuno dan Romawi.

  • Lilin terdiri atas hidrokarbon, tidak larut dalam air, dan bisa beraroma.

  • Jenis lilin berkembang sesuai ketersediaan bahan baku dan fungsinya meluas di industri modern.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lilin sudah digunakan manusia sejak ribuan tahun lalu sebagai sumber cahaya, simbol upacara, hingga dekorasi rumah. Banyak orang penasaran, lilin terbuat dari apa dan bagaimana bahan dasarnya bisa berubah menjadi benda sederhana yang mampu menghasilkan nyala api stabil. Pertanyaan itu wajar karena lilin terlihat sederhana. Namun, di balik bentuk kecilnya, ternyata terdapat sejarah panjang dan proses sains yang menarik.

Pada masa kini, lilin tidak hanya dipakai untuk penerangan, tetapi juga hadir dalam bentuk aromaterapi, dekorasi, hingga kebutuhan spiritual. Untuk memahami lebih dalam, mari simak penjelasan lengkap mengenai asal-usul lilin, jenis bahan pembuatannya, dan fakta ilmiah di balik penggunaannya berikut ini.

1. Sejarah manusia menggunakan lilin berkembang sejak peradaban kuno

ilustrasi lilin (pexels.com/Matej Novosad)

Sejarah penggunaan lilin bisa ditelusuri hingga ribuan tahun lalu, saat manusia mulai memanfaatkan sumber cahaya selain api unggun atau obor. Bangsa Mesir Kuno juga diketahui membuat lilin dari lemak hewan yang dipadukan dengan serat alami agar bisa menyala lebih lama. Sementara itu, bangsa Romawi mengembangkan lilin gajih dari lemak sapi dan domba yang banyak tersedia pada masa itu.

Perjalanan sejarah lilin kemudian meluas ke Asia. Di Tiongkok, lilin berbahan dasar lebah madu sudah digunakan sejak era Dinasti Tang. Jepang sendiri mengembangkan lilin dari ekstrak kacang pohon tertentu. Sementara, masyarakat India memanfaatkan buah pohon kayu manis sebagai sumber lilin alami. Hal ini menunjukkan bahwa manusia selalu mencari sumber energi pencahayaan sesuai bahan mentah yang tersedia di sekitar mereka.

2. Komposisi dasar lilin ditentukan oleh struktur hidrokarbon

ilustrasi bahan dasar lilin (pexels.com/Yan Krukau)

Secara ilmiah, lilin digolongkan ke dalam material berstruktur hidrokarbon. Artinya, penyusunnya terdiri atas ikatan atom karbon dan hidrogen yang membuatnya padat pada suhu ruang, tetapi mudah mencair pada suhu lebih tinggi. Karakteristik inilah yang memungkinkan lilin meleleh, naik ke sumbu, lalu terbakar menghasilkan cahaya.

Selain itu, lilin bersifat hidrofobik atau tidak larut dalam air sehingga tetap padat meski terkena kelembapan. Lilin juga bertekstur halus, relatif tidak berbau, dan aman karena toksisitasnya rendah. Sifat-sifat tersebut membuat lilin mudah dibentuk dan bisa dipadukan dengan pewarna maupun minyak esensial untuk menghasilkan lilin beraroma. Dari perspektif kimia, semua jenis lilin, baik hewani, nabati, maupun sintetik, tetap memiliki kesamaan struktur hidrokarbon ini.

3. Jenis lilin berkembang sesuai ketersediaan bahan baku

ilustrasi lilin (pexels.com/Krizalid Daza)

Bahan lilin mengalami evolusi dari masa ke masa mengikuti perkembangan peradaban. Pada Abad Pertengahan kala itu, lebah madu menjadi bahan utama pembuatan lilin di Eropa. Namun, karena harganya mahal, lilin tersebut hanya digunakan kalangan gereja atau bangsawan. Masyarakat umum lebih sering memakai lilin gajih meski asapnya pekat dan aromanya kurang sedap.

Perkembangan baru terjadi ketika industri minyak bumi menghasilkan parafin. Lilin parafin cepat populer karena murah, mudah diproduksi, dan mampu membawa pewangi dengan baik. Selain itu, muncul lilin stearin dari asam lemak hewani; lilin nabati, seperti soy wax dari kedelai dan palm wax dari kelapa sawit; serta lilin lebah alami yang tetap diminati karena aromanya khas. Saat ini, bahkan ada lilin gel dan lilin sintetis untuk kebutuhan dekorasi modern.

4. Fungsi lilin meluas dari penerangan hingga industri modern

ilustrasi lilin (pexels.com/Vlada Karpovich)

Pada awalnya, lilin murni dipakai sebagai penerangan sebelum listrik ditemukan. Namun, seiring perkembangan teknologi, lilin lebih banyak berperan pada aspek dekoratif dan psikologis. Lilin aromaterapi, misalnya, digunakan untuk menciptakan suasana relaksasi karena bisa membawa aroma tertentu yang menenangkan pikiran.

Industri modern juga memanfaatkan lilin untuk beragam produk, selain lilin bakar. Lilin yang sama digunakan dalam pembuatan krayon, permen karet, pelapis makanan, tinta cetak, hingga bahan kosmetik. Hal ini dimungkinkan karena lilin punya sifat stabil, tidak mudah bereaksi, dan tahan air. Dengan kata lain, keberadaan lilin lebih luas dari sekadar benda kecil yang menyala di meja makan.

5. Fakta ilmiah menunjukkan semua lilin terbakar dengan cara yang sama

ilustrasi lilin (pexels.com/Monstera Production)

Meski bahan pembuat lilin berbeda, proses pembakaran yang terjadi pada dasarnya sama. Lilin yang dinyalakan akan langsung meleleh di dekat sumbu, lalu cairan itu ditarik naik oleh kapilaritas sumbu hingga masuk ke api. Molekul hidrokarbon kemudian terurai menghasilkan panas, cahaya, air, dan karbon dioksida. Warna kuning pada nyala api berasal dari partikel karbon yang berpijar.

Uniknya, lilin sepenuhnya bebas jelaga. Setiap senyawa organik ketika terbakar pasti menghasilkan sedikit karbon, hanya saja jumlahnya dipengaruhi panjang sumbu dan gangguan api. Fakta lain, semua lilin berkualitas tinggi dinyatakan aman karena tidak menghasilkan zat beracun. Jadi, perbedaan bahan baku lebih banyak memengaruhi harga, aroma, dan daya tarik visual, bukan pada keamanan dasar saat digunakan.

Dengan mengetahui lilin terbuat dari apa, kita jadi dapat gambaran bahwa benda sederhana ini punya sejarah panjang, komposisi kimia unik, dan variasi bahan yang terus berkembang sesuai kebutuhan manusia. Dari lemak hewan pada masa lampau hingga lilin nabati modern, setiap jenis lilin punya peran dalam kehidupan sehari-hari maupun industri. Pada akhirnya, jawaban dari pertanyaan lilin terbuat dari apa bukan sekadar menyebutkan satu bahan, melainkan memahami perjalanan panjang inovasi manusia untuk menciptakan sumber cahaya dan keindahan.

Referensi
"A History of Candle Use". Creative Candles. Diakses Agustus 2025.
"Candle". Britannica. Diakses Agustus 2025.
"Elements of a Candle: Wax". National Candle Association. Diakses Agustus 2025.
"Frequently Asked Questions". Candles Europe. Diakses Agustus 2025.
"What Are Candles Made Of? A Guide to Candle Wax". The Floralab. Diakses Agustus 2025.
"What Is a Candle Made Of?". Wick & Pour. Diakses Agustus 2025.
"Where Does Candle Wax Come From?". Supplies for Candles. Diakses Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYudha ‎