Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anjing menyalak
Anjing menyalak (pexels.com/Alexas Fotos)

Intinya sih...

  • Anjing menyalak sebagai bentuk komunikasi dengan lingkungan

  • Hormon stres meningkatkan kecenderungan menyalak

  • Pola pelatihan konsisten menurunkan kebiasaan menyalak

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menyalak menjadi salah satu cara anjing berkomunikasi dengan lingkungannya. Suara itu bisa muncul karena respons terhadap rangsangan, perasaan terancam, atau sekadar ingin menarik perhatian. Dalam konteks ilmu perilaku hewan, menyalak dapat dipahami sebagai sinyal sosial yang kompleks, bukan sekadar kebiasaan tanpa alasan.

Maka dari itu, memahami penyebab anjing sering menyalak menjadi penting agar kamu bisa mengatur perilaku mereka dengan tepat. Jika pola ini dibiarkan, hewan peliharaan bisa menunjukkan stres berlebih atau bahkan mengganggu keseimbangan lingkungan rumah. Berikut beberapa penjelasan sekaligus tips memelihara anjing agar lebih tenang.

1. Otak anjing memproses rangsangan suara dengan intensitas tinggi

Anjing menyalak (pexels.com/Christopher Welsch Leveroni)

Anjing memiliki pendengaran lebih tajam dibandingkan dengan manusia, sehingga suara sekecil apa pun bisa memicu reaksi menyalak. Sistem saraf pusat mereka menerima sinyal dari lingkungan dengan cepat, lalu menerjemahkannya menjadi respons vokal sebagai bentuk kewaspadaan. Misalnya, bunyi kendaraan, pintu diketuk, atau suara asing dapat dianggap sebagai potensi ancaman. Kondisi ini menjelaskan mengapa anjing tampak lebih “waspada” daripada manusia terhadap suara yang bahkan kadang tidak kita dengar.

Karena sensitivitas itu, pemilik perlu memahami bahwa menyalak bukanlah perilaku negatif semata. Ini adalah bentuk komunikasi yang normal pada spesies tersebut. Namun, jika rangsangan suara terus-menerus muncul, respons berulang dapat menjadi berlebihan. Pada titik inilah penting untuk melatih anjing mengenali stimulus yang relevan, sehingga mereka tidak menyalak tanpa henti setiap kali mendengar sesuatu yang asing.

2. Hormon stres meningkatkan kecenderungan menyalak

Anjing menyalak (pexels.com/Denitsa Kireva)

Ketika anjing merasa cemas atau bahkan tertekan, tubuh mereka menghasilkan hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Zat ini berhubungan erat dengan reaksi pertahanan, termasuk perilaku vokal seperti menyalak. Faktor pencetusnya bisa berupa rasa terisolasi ketika ditinggalkan sendirian terlalu lama, perubahan lingkungan yang mendadak, atau pertemuan dengan hewan lain yang dianggap mengancam. Respon fisiologis tersebut menunjukkan bahwa menyalak merupakan bagian dari mekanisme bertahan hidup.

Jika pemilik mengabaikan kondisi stres ini, perilaku vokal bisa berubah menjadi kebiasaan kronis. Itu sebabnya tips memelihara hewan menekankan pada pengelolaan emosi, bukan sekadar menghentikan suara. Memberikan ruang aman, rutinitas yang teratur, dan stimulasi mental dapat menurunkan kadar kortisol pada anjing. Dengan demikian, anjing menjadi lebih tenang dan tidak mudah menyalak secara berlebihan.

3. Pola komunikasi sosial terbentuk dari interaksi kelompok

Anjing menyalak (pexels.com/Samson Katt)

Dalam kelompoknya, anjing menggunakan suara sebagai cara menjaga ikatan sosial mereka. Menyalak tidak hanya berfungsi untuk memperingatkan bahaya, tetapi juga mengatur jarak, menandai keberadaan, atau mengajak bermain. Perilaku ini berakar dari nenek moyang mereka, serigala, yang mengandalkan vokalisasi untuk menjaga koordinasi dalam kawanan. Maka, tidak mengherankan jika anjing peliharaan tetap menyalak meski hidup dalam lingkungan manusia.

Bagi pemilik, memahami konteks sosial ini menjadi penting. Anjing bisa menyalak karena ingin ikut terlibat ketika mendengar suara dari luar rumah atau saat melihat pemilik pulang. Menghargai bahwa suara mereka adalah bagian dari komunikasi sosial, membuat pemilik lebih sabar menghadapi perilaku itu. Alih-alih menekan, pemilik bisa mengarahkan dengan melatih isyarat alternatif seperti duduk atau diam untuk mengganti cara mereka berinteraksi.

4. Aktivitas fisik yang terbatas memicu penyalakan berulang

Anjing menyalak (pexels.com/Chrissy Lou)

Anjing yang kurang bergerak akan cenderung menyalak lebih sering karena energi yang tidak tersalurkan dengan baik. Tubuh mereka dirancang untuk berlari, menjelajah, dan beraktivitas, sehingga pembatasan ruang atau minimnya ajakan bermain bisa menimbulkan kebosanan. Rasa bosan ini kemudian diekspresikan melalui vokalisasi sebagai bentuk pelampiasan. Hal itu sering terlihat pada anjing yang tinggal di area sempit tanpa jadwal jalan rutin.

Memberikan latihan fisik secara teratur terbukti membantu menurunkan intensitas menyalak. Aktivitas seperti berjalan, berlari, atau bermain lempar tangkap tidak hanya menyalurkan energi, tetapi juga menstimulasi otak mereka. Dengan rutinitas fisik yang memadai, anjing merasa lebih puas sehingga tidak perlu menyalak terus-menerus. Oleh karena itu, tips memelihara hewan yang efektif selalu mencakup aktivitas fisik harian agar mereka tetap seimbang secara mental maupun emosional.

5. Pola pelatihan konsisten menurunkan kebiasaan menyalak

Anjing menyalak (pexels.com/Brixiv)

Menyalak yang berlebihan dapat dikendalikan dengan pendekatan pelatihan berbasis penguatan positif. Ketika anjing diberikan hadiah atau pujian saat diam, mereka belajar mengasosiasikan perilaku tenang dengan hasil yang menyenangkan. Sebaliknya, memberi hukuman keras justru bisa meningkatkan rasa cemas dan memperburuk kebiasaan menyalak. Maka, kunci pengendalian ada pada konsistensi pemilik dalam melatih respons yang diinginkan.

Pelatihan ini memerlukan waktu dan kesabaran, karena perubahan perilaku anjing tidak terjadi secara instan. Namun, jika dilakukan dengan konsisten, anjing akan memahami kapan harus menyalak dan kapan harus tenang. Prinsip ini tidak hanya bermanfaat untuk mengurangi kebisingan, tetapi juga memperkuat ikatan antara hewan peliharaan dan pemilik. Melalui cara ini, lingkungan rumah menjadi lebih harmonis tanpa harus menghilangkan naluri alami mereka untuk berkomunikasi.

Menyalak menjadi salah satu bagian dari sistem komunikasi anjing yang tidak bisa dihilangkan begitu saja, tetapi bisa dikelola dengan tepat. Dengan memahami faktor neurologis hingga kebutuhan fisik dan pelatihan, pemilik dapat mempelajari perilaku hewan peliharaannya agar lebih tenang. Pendekatan ini tidak hanya menjaga kenyamanan lingkungan rumah, tetapi juga mendukung kesejahteraan hewan peliharaan itu sendiri.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team