ilustrasi aurora (pexels.com/kublizz)
Meski lebih sering terlihat berwarna hijau, aurora juga bisa terlihat berwarna lain, seperti merah, biru, hingga ungu. Pada dasarnya, gas yang berbeda akan menghasilkan warna yang berbeda pula ketika dipanaskan. Hal yang sama juga terjadi pada aurora.
Dilansir University Corporation for Atmospheric Research, aurora terjadi di salah satu lapisan atmosfer Bumi, yaitu termosfer. Partikel bermuatan berasal dari matahari yang terperangkap berinteraksi dengan molekul gas yang berbeda, sehingga menghasilkan aurora. Ada dua gas utama di atmosfer Bumi, yaitu oksigen dan nitrogen.
Interaksinya dengan gas oksigen akan menghasilkan warna hijau dan merah. Aurora paling sering berwarna hijau akibat berinteraksi dengan molekul oksigen di ketinggian yang lebih rendah antara 100 sampai 300 kilometer. Sementara aurora merah jarang terjadi yang terbentuk dari interaksi dengan molekul oksigen di ketinggian di atas 300 kilometer. Ketika berinteraksi dengan gas nitrogen, maka aurora memancarkan warna biru dan ungu kemerahan.
Interaksi partikel bermuatan yang berasal dari matahari dengan molekul gas di atmosfer yang berbeda akan menghasilkan aurora dengan warna yang berbeda pula. Jika berinteraksi dengan oksigen, aurora tampak berwarna hijau dan merah. Sementara interaksinya dengan nitrogen menghasilkan aurora berwarna biru dan ungu kemerahan.