Para peneliti dari Universitas Peking telah menemukan fakta kalau gen kita dapat menentukan apakah kita ingin menjalin hubungan atau tetap melajang. Secara khusus, mereka mengutip C-1019G, suatu bentuk dari gen 5-HT1A yang menyebabkan orang tetap melajang.
Setelah meneliti 579 siswa etnis Tionghoa, mereka menyimpulkan bahwa hanya 40 persen siswa yang memiliki gen tersebut yang menjalin hubungan. Para peneliti percaya kalau gen tersebut telah membuat mereka menjadi lebih murung dan cemas dari siswa lainnya, sehingga mereka lebih memilih untuk melajang.
Sedangkan menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences, gen yang bertanggung jawab untuk mengontrol kadar oksitosin, alias "hormon cinta," juga dapat memengaruhi hubungan kita. Selain keinginan untuk menjalin hubungan, gen juga memengaruhi kecenderungan kita untuk berselingkuh.
Pada tahun 2010, sekelompok peneliti yang dipimpin oleh Justin Garcia dari Universitas Binghamton mengungkapkan kalau pria yang memiliki gen DRD4 sangat mungkin untuk berselingkuh. Menariknya, para pria itu tidak memiliki alasan tertentu untuk selingkuh. Mereka melakukannya hanya untuk kesenangan semata.
Garcia menyatakan kalau gen tersebut berhubungan dengan dopamin. Dalam kasus ini, gen DRD4 menekan dopamin, yang justru membuat pria tersebut melepaskan lebih banyak dopamin untuk mencapai tingkat yang sama seperti orang biasa.
Namun, beberapa peneliti seperti Robert Weiss justru mengatakan hal sebaliknya. Weiss percaya kalau faktor lain seperti lingkungan, pengalaman hidup, dan keputusan pribadi memengaruhi apakah seseorang akan selingkuh atau tidak.
Selain kebiasaan-kebiasaan di atas, gen juga memengaruhi kecenderungan kita untuk membentuk tanda "V" dengan jari ketika merasa menang. Begitu pula kebiasaan lain seperti memiringkan kepala ke belakang, mengangkat tangan, dan membusungkan dada ketika menang.