Perlu diketahui bahwa gas yang digunakan sebagai pengangkat Hindenburg adalah hidrogen, salah satu jenis gas yang sangat mudah terbakar. Satu percikan kecil saja bisa langsung membakar seluruh muatan hidrogen dalam sekejap. Berbagai dugaan menyeruak tentang bagaimana bisa muatan hidrogen Hindenburg bocor hingga akhirnya membakar habis seluruh kapal.
Seperti ditulis dalam laman The Guardian, terdapat dugaan adanya sabotase yang dilakukan seseorang terhadap Hindenburg yang merupakan kebanggaan Nazi Jerman. Dugaan tersebut berdasarkan laporan adanya ancaman bom yang dipasang di kapal udara milik Jerman yang akan melintasi Atlantik. Namun, dugaan sabotase ini tidak pernah didukung oleh bukti yang kuat, hanya sebatas ancaman dan rumor.
Hasil investigasi secara resmi menyatakan bahwa Hindenburg terbakar akibat percikan listrik statis yang menyulut gas hidrogen yang sudah bocor. Diduga gas hidrogen yang bocor berasal dari penyimpanan hidrogen yang robek, terletak di bagian belakang dekat ekor kapal.
Dugaan sumber kebocoran dari bagian ekor diperoleh karena api pertama kali terlihat dari bagian tersebut. Namun, penyebab robeknya penyimpanan hidrogen masih tidak diketahui. Kemungkinan terjadi robekan yang disengaja atau sobek akibat terhempas oleh angin yang begitu kuat. Cuaca buruk diketahui terjadi selama proses mendaratnya Hindenburg.
Kapal udara sendiri memang sangat rawan bila bertemu dengan cuaca buruk. Kecelakaan USS Akron dan R101 misalnya, memiliki kaitan erat dengan cuaca buruk yang menghantam mereka. Angin besar dapat menggoyahkan dan merusak komponen kapal udara. Sementara itu, petir yang menyambar dapat membakar rangka kapal beserta muatan gas.