Para ilmuwan telah lama mengetahui bahwa Planet Merkurius menyusut selama miliaran tahun. Meskipun merupakan dunia yang paling dekat dengan Matahari, bagian dalamnya telah mendingin karena panas internalnya yang bocor. Ini berarti batuan dan logam di dalamnya pasti mengalami sedikit penyusutan volume.
Menurut makalah Nature Geoscience, bagian dalam Merkurius yang menyusut membuat luas permukaannya (kerak) semakin berkurang. Hal ini direspons dengan mengembangkan thrust faults, di mana satu bidang tanah terdorong ke daerah yang berdekatan.
Fenomena ini seperti kerutan yang terbentuk pada sebuah apel seiring bertambahnya usia. Hanya saja apel menyusut karena mengering, sedangkan Merkurius menyusut karena kontraksi termal di bagian dalamnya.
Bukti pertama penyusutan Merkurius terjadi pada tahun 1974 ketika misi Mariner 10 mengirimkan gambar lereng curam yang memiliki tinggi beberapa kilometer (seperti lereng), meliuk-liuk sejauh ratusan kilometer melintasi wilayah tersebut.
Dari pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa patahan geologis yang menukik perlahan, mendekati permukaan di bawah setiap lereng curam dan merupakan respons terhadap penyusutan Merkurius sekitar 7 km, tulis David Rothery, professor of Planetary Geosciences, The Open University.