tampak dekat kucing oren (pixabay.com/adinavoicu-485024)
Mutasi gen MC1R tidak menjelaskan warna bulu oranye pada kucing oren. Sebagian besar kucing oren ternyata gak punya mutasi ini. Bahkan, mengutip laman Popular Science, gen MC1R tidak terletak di kromosom X pada kucing. Temuan ini sudah dipublikasikan jurnal Current Biology sejak 2003 lalu.
Berangkat dari misteri berusia puluhan tahun ini, sebuah tim peneliti yang dikepalai ahli genetik Gregory S Barsh dari Universitas Stanford mempelajari DNA kromosom X pada kucing oren jantan. Penelitian ini melibatkan 145 kucing oren, 6 ekor kucing torti dan belang tiga, dan 37 ekor kucing non-oranye. Hasilnya, tim berhasil mengidentifikasi beberapa varian DNA unik yang cuma dimiliki kucing oren.
Di antara varian DNA atau mutasi itu, ada satu yang paling mungkin menjawab misteri kucing oren. Mutasi tersebut adalah penghapusan sekitar 5.000 pasangan basa di dekat gen bernama Arhgap36. Penghapusan ini membuat gen Arhgap36 jadi lebih aktif. Saat ini terjadi, Arhgap36 melemahkan efek gen MC1R dalam mengendalikan proses melanin. Alih-alih eumelanin (hitam atau cokelat), MC1R jadi memerintah melanosit untuk menghasilkan feomelanin (merah atau kuning).
Studi yang berbeda juga menemukan hal serupa. Tim peneliti yang dipimpin ahli genetik Hidehiro Toh dari Universitas Kyushu mengidentifikasi Arhgap36 sebagai gen bulu oranye. Mengutip laman Science Alert, ekspresi yang lebih besar besar dari gen ini menekan gen pigmen warna, menggeser pigmen eumelanin ke pigmen feomelanin.
Jadi, kedua tim peneliti bisa dengan percaya diri mengatakan kalau mereka berhasil menguak misteri besar kucing oren. Gen kunci di balik warna oranye khas kucing oren bukanlah MC1R, melainkan gen Arhgap36 atau Rho GTPase Activating Protein 36. Kedua studi dimuat jurnal BioRxiv pada akhir November 2024 lalu.