seorang pria sedang tertawa di dalam mobil (pixabay.com/2704056)
Ada satu organ dalam tubuh kita yang punya penting dalam mengatur tertawa, yakni otak. Di sinilah segala informasi yang kita peroleh dari pendengaran maupun pengelihatan diproses. Sebab, dalam menciptakan emosi tertawa, kedua panca indera itulah yang memainkan peranan penting.
Menariknya, ternyata cara otak memutuskan apakah kita dapat tertawa atau tidak ketika menerima stimulus itu bersifat tidak pasti, mengutip BBC. Otak kita akan memilah-milah stimulus yang masuk dan menentukan apakah stimulus itu cukup untuk membuat kita tertawa atau tidak. Hal inilah yang kemudian membuat tak semua orang bisa tertawa dengan lelucon yang sama.
Lobus frontal dan sistem limbik jadi dua bagian otak yang paling berperan dalam menentukan apakah stimulus yang kita terima bisa bikin tertawa atau tidak. Lobus frontal yang berada di bagian depan otak terbagi atas bagian kiri dan kanan. Bagian kiri berfungsi untuk memproses suara dan gambar yang diterima dan menentukan informasi itu termasuk jenis stimulus apa. Sementara itu, bagian kanan lobus frontal adalah bagian yang menentukan apakah stimulus yang diterima tersebut bisa membuat kita tertawa atau tidak.
Ketika lobus frontal telah menentukan suatu stimulus yang bisa membuat kita tertawa, sistem limbik yang selanjutnya bekerja. Sistem limbik sendiri secara umum mengatur berbagai jenis emosi manusia, mulai dari rasa marah, senang, sampai takut. Ketika sistem limbik menerima informasi dari lobus frontal soal emosi senang atau tertawa yang kita terima, maka bagian otak ini akan meneruskan informasi ke seluruh tubuh kita sehingga tubuh akan mulai tertawa.
Setelah tubuh menerima informasi dari bagian-bagian otak itu, maka wajah kitalah yang pertama kali meresponnya. Dikutip dari How Stuff Works, sekitar 15 otot wajah kita akan mengangkat bagian atas bibir dengan bantuan otot zygomatic. Kemudian, sistem pernapasan kita akan terganggu lantaran epiglotis menutup separuh laring. Akibatnya, udara masuk menjadi tak teratur dan kemudian kita mulai terkesiap.
Suara cekikikan atau tertawa hebat pun mengikuti setelah proses-proses itu rampung. Dalam kasus ekstrem, yaitu saat stimulus dirasa sangat lucu, bahkan mata kita bisa merespons tertawa dengan mengeluarkan air mata.