Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi box kosong (Pexels/Karolina Grabowska)

Pernahkah kamu saat bersih-bersih kamar, lalu menemukan buku diary usang dari zaman SD? Atau menemukan benda-benda yang sebenarnya sudah tak terpakai, tapi kamu tak rela membuangnya?

Memang, kita tidak boleh self-diagnose sebelum mendapat pernyataan resmi dari psikolog. Tetapi, bisa jadi itu adalah tanda-tanda hoarding disorder! Simak penjelasan mengapa kita tidak rela membuang barang!

1. Kamu berpikir, benda ini masih bisa diperbaiki, sehingga tidak membuangnya

ilustrasi enggan membuang barang (Pexels/Andrea Piacquadio)

Saat bersih-bersih, kamu menemukan jaket yang ritsletingnya rusak dan jahitannya sedikit lepas. Kamu merasa sayang untuk membuangnya karena merasa masih bisa diperbaiki. Alhasil, jaket itu tetap kamu simpan di lemari dan terlupakan seiring berjalannya waktu.

Kenyataannya, jaket itu tidak pernah diperbaiki dan hanya memenuhi lemari saja. Kamu tidak rela membuangnya, tetapi di sisi lain tidak berusaha untuk memperbaikinya. Menurut laman Anxiety and Depression Association of America, ini adalah tanda-tanda hoarding disorder.

Agar kebiasaan ini tidak diulangi lagi, lebih baik kamu sumbangkan jaket itu ke orang lain yang berniat serius untuk memperbaikinya. Atau memberi deadline kepada diri sendiri untuk membereskannya jika kamu bisa memperbaikinya sendiri. Sehingga, tidak ada barang usang yang menumpuk di lemari.

2. Kamu berpikir, mungkin suatu saat akan membutuhkannya

Editorial Team

Tonton lebih seru di