Secara keseluruhan, monopoli dagang VOC pun memberi dampak positif dan negatif bagi rakyat dan bangsa Indonesia saat itu. Dampak positifnya adalah banyak bangsa asing, seperti bangsa Eropa, Asia, dan Timur Tengah yang melakukan kegiatan perdagangan di Nusantara, akibatnya aktivitas dagang di wilayah Nusantara pun menjadi semakin ramai.
Dampak positif lainnya, yaitu pedagang pribumi dapat memperoleh informasi tentang hasil rempah-rempah yang laku di pasar internasional. Selain itu, mereka juga jadi lebih tahu tata cara perdagangan sehingga dapat melakukan hubungan dagang dengan bangsa lain.
Meskipun memiliki dampak positif, namun pada saat itu kegiatan monopoli ini lebih condong ke sisi negatif. Seperti rakyat harus menjual hasil rempah-rempah kepada pihak VOC dengan harga yang sudah ditentukan oleh VOC.
Pendapatan rakyat menurun akibat adanya ketentuan harga tadi. Menurunnya jumlah penduduk karena pembantaian massal, rakyat menderita kelelahan fisik yang parah karena bekerja terlalu keras, produksi padi menurun karena tanaman tersebut tidak laku di pasar internasional, dan menyebabkan banyak rakyat mati kelaparan.
VOC tetaplah VOC yang berambisi memonopoli rempah-rempah Nusantara. Alih-alih mendapat ganti rugi, pada kenyataannya para pejabat kerajaan dan rakyat sama sekali tidak mendapatkan apa-apa.
Mereka hanya bisa meratapi hasil jerih payah mereka yang dimusnahkan VOC begitu saja. Itu semua terjadi akibat praktik korupsi di tubuh VOC yang tidak dapat dihindari. Hal itu pun menjadi salah satu penyebab perusahaan dagang ini resmi dibubuarkan tepat pada 1 Januari 1800.
Beberapa penyebab pembubaran VOC adalah karena VOC mengalami kerugian yang hebat akibat adanya pemberontakan dan peperangan, pengeluaran gaji pegawai yang meningkat, dan adanya persaingan dagang dari bangsa lain, seperti Prancis dan Inggris.
Setelah pembubarannya, VOC kemudian meninggalkan banyaknya hutang yang jumlahnya mencapai sekitar 136,7 juta gulden atau setara dengan hampir lebih dari 1 miliar rupiah. Meski meninggalkan hutang yang sangat banyak, VOC juga meninggalkan kekayaan yang nilainya cukup banyak lewat aset, seperti bangunan kantor dagang, kapal, dan benteng.