Ilustrasi negosiasi perdagangan budak di negara Slavia Timur. (commons.wikimedia.org/Sergey Ivanov)
Viking jelas tidak menciptakan perbudakan, tetapi menurut sejarawan John Haywood, yang dilansir History, kota terbesar di Irlandia, termasuk Dublin dan Limerick, menjadi pusat perdagangan budak Viking. Hal itu terjadi selama ratusan tahun, karena lokasinya strategis bagi para perampok Viking yang menjarah biara di pantai Irlandia, Inggris, dan Prancis.
Viking menargetkan biara bukan karena ingin mencari kekayaan atau membenci Kekristenan, tetapi mereka ingin menculik orang-orang terpelajar yang dapat dikebiri dan dijual sebagai kasim.
Sebagian besar permintaan budak dan kasim datang dari Timur Tengah dan Byzantium, di mana para kasim akan dipekerjakan sebagai guru, penjaga harem, dalam berbagai peran pemerintahan, atau sebagai pelayan istana.
Ini menjadi industri yang membentuk tulang punggung perdagangan budak Mediterania. Perampok Viking melihat biara sebagai tambang emas yang cukup menguntungkan.