Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tugu Peringatan Tembok Berlin
Tugu Peringatan Tembok Berlin (unsplash.com/Anastasiia Nelen)

Intinya sih...

  • Pembacaan Hasil Putusan Pengadilan Nuremberg

  • Reunifikasi Jerman

  • Eksekusi Marie Antoinette di tengah Revolusi Prancis

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap memasuki bulan Oktober, bangsa Indonesia selalu mengenang peristiwa G30S/PKI. Sejarah kelam di tahun 1965 tersebut menjadi pengingat bagi seluruh bangsa Indonesia untuk senantiasa menjaga ideologi Pancasila serta merawat bersama kedaulatan NKRI.

Bulan Oktober ternyata juga menandai beberapa peristiwa sejarah bagi bangsa Eropa. Meskipun tidak terjadi di seluruh kawasan, deretan peristiwa ini memberikan pengaruh besar bagi perjalanan sejarah bangsa Eropa.

1. Pembacaan Hasil Putusan Pengadilan Nuremberg

suasana Pengadilan Nuremberg (picryl.com/Walters Art Museum)

Pasca kekalahan Jerman di Perang Dunia II, Amerika Serikat bersama Prancis, Inggris dan Uni Soviet, membentuk Mahkamah Militer Internasional untuk mengadili 24 pejabat tinggi Nazi. Untuk menandai berakhirnya kekuatan Nazi, wilayah Nuremberg yang sebelumnya merupakan markas Nazi, dipilih sebagai tempat prosesi pengadilan.

Proses pengadilan di Nuremberg pun dimulai pada 20 November 1945 dengan menghadirkan 21 tersangka yang terdiri dari gabungan pejabat tinggi Nazi serta beberapa organisasi pendukungnya. Tiga petinggi Nazi, Adolf Hitler, Heinrich Himmler, dan Joseph Goebbels tidak menghadiri persidangan karena sudah mengakhiri hidupnya. Bukti-bukti kejahatan perang Nazi ditampilkan di hadapan persidangan, salah satunya mengenai kekejaman consentration camp.

Pengadilan Nuremberg selesai pada 1 Oktober 1946 dengan putusan hukuman mati bagi 12 tersangka, 3 tersangka dihukum penjara seumur hidup, dan sisanya harus mendekam di penjara selama 10–20 tahun. Proses eksekusi dimulai pada 16 Oktober dan setahun setelahnya para tahanan mulai dimasukkan ke Spandau Prison di Berlin.

2. Reunifikasi Jerman

Jerman Timur dilihat dari salah satu titik Tembok Berlin (commons.wikimedia.org/Nancy Wong)

Kekalahan Jerman di Perang Dunia II bukan hanya berujung pada Pengadilan Nuremberg, tetapi juga terpecahnya negara tersebut menjadi dua bagian. Memasuki tahun 1949, Uni Soviet mendirikan pemerintahan Republik Demokratik Jerman di bagian timur. Sementara itu, di sisi barat terdapat Republik Federasi Jerman bentukan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis.

Walaupun pemisahan Jerman Barat dan Jerman Timur sudah berlangsung sejak tahun 1949, Tembok Berlin baru selesai dibangun oleh pemerintahan Jerman Timur pada tahun 1961. Pembangunan Tembok Berlin digunakan untuk membendung perpindahan penduduk Jerman Timur ke Jerman Barat. Saat itu, masyarakat Jerman Timur yang berada di bawah kepemimpinan otoriter menginginkan kehidupan bebas dan demokratis seperti yang berlangsung di Jerman Barat.

Setelah melalui rangkaian demonstrasi di beberapa kota besar, masyarakat Jerman Timur akhirnya berhasil memaksa pemerintahnya untuk membuka gerbang perbatasan dan meruntuhkan Tembok Berlin pada 9 November 1989. Satu tahun setelahnya, tepatnya pada 3 Oktober 1990, Jerman Timur dan Jerman Barat secara resmi bersatu kembali dengan nama Republik Federasi Jerman.

3. Eksekusi Marie Antoinette di tengah Revolusi Prancis

ilustrasi eksekusi Marie Antoinette (picryl.com/Wikimedia Commons)

Marie Antoinette merupakan salah satu putri raja dari Kekaisaran Romawi Suci di Austria. Di usianya yang masih 15 tahun, Marie Antoinette dinikahkan dengan Dauphin Louis, sang putra mahkota dari Kerajaan Prancis. Pernikahan keduanya memiliki latar belakang tujuan politis untuk memperkuat hubungan Kekaisaran Romawi Suci dan Kerajaan Prancis dalam menghadapi kekuatan Kerajaan Prussia.

Saat Dauphin Louis naik tahta dan bergelar Louis XVI, Marie Antoinette pun menjadi ratu. Marie Antoinette tidak terlalu tertarik dengan dunia politik dan kerajaan. Dia lebih suka menghabiskan waktu untuk berbelanja, berdansa ataupun berjudi dengan para bangsawan yang berasal dari luar bangsa Prancis. Walaupun berstatus ratu dari Kerajaan Prancis, Marie Antoinette merasa bukan menjadi bagian dari bangsa Prancis karena keterbatasan dirinya dalam berbahasa Prancis.

Di sisi lain, masyarakat Prancis memandang Marie Antoinette sebagai orang asing yang hanya bisa berfoya-foya. Kekesalan masyarakat Prancis kian memuncak ketika perekonomian negara tersebut hancur karena terlilit banyak hutang. Memasuki tahun 1789, Revolusi Prancis pun terjadi dengan tujuan menggulingkan pemerintahan monarki.

Marie Antoinette bersama Louis XVI dan anak-anak mereka pun ditangkap oleh sekumpulan massa dan menjebloskannya ke penjara. Beberapa bulan setelah eksekusi Louis XVI, Marie Antoinette dihukum penggal pada 16 Oktober 1793.

4. Fasisme Mussolini diterima oleh Kerajaan Italia

March on Rome (picryl.com/Wikimedia Commons)

Pasca Perang Dunia I, Italia menjadi salah satu negara yang mengalami kerugian besar. Meski memenangi peperangan bersama pihak Sekutu, kondisi internal Italia diwarnai oleh ketidakstabilan ekonomi dan politik. Pemerintahan liberal Italia saat itu pun dianggap gagal dalam mensejahterakan kaum pekerja yang terdampak inflasi besar-besaran akibat perang.

Di tengah situasi pelik, kekuatan politik baru bernama Fasci di Combattimento berdiri di tahun 1919. Fasci di Combattimento merupakan organisasi beraliran fasisme yang didirikan oleh Benito Mussolini, salah satu veteran Perang Dunia I. Mussolini beranggapan bahwa Italia akan menjadi lebih maju dan kuat jika dipimpin oleh para veteran perang.

Pada 28 Oktober 1922, pasukan bersenjata fasis menduduki titik-titik strategis di Roma. Meskipun mengetahui ada ancaman bersenjata dari kelompok fasis, Raja Victor Emmanuel III menolak untuk menurunkan pasukan militer. Sebaliknya, Raja Victor Emmanuel III justru meminta Mussolini untuk membentuk kabinet pemerintahan fasis.

5. Martin Luther menerbitkan 95 tesis tentang reformasi kekristenan

Castle Church di Wittenberg (wikimedia.org/Tilman2007)

Pada 31 Oktober 1517, selebaran kertas berbahasa Latin tertempel di pintu gereja Castle Church di Wittenberg, Jerman. Di dalam kertas tersebut tertulis 95 tesis mengenai gagasan reformasi kekristenan yang dibuat oleh Martin Luther, seorang pastor dan ahli teologi Kristen.

Selama periode Abad Pertengahan, Gereja Katholik Roma banyak terlibat langsung dalam perjalanan politik di kawasan Eropa Barat. Dalam perjalanannya, gereja pun mulai kehilangan tujuannya sebagai institusi keagamaan.

Salah satu hal yang dikritik keras oleh Luther adalah terkait praktek penjualan surat penebusan dosa oleh Gereja Katholik Roma. Pada saat itu, surat penebusan dosa dapat dibeli oleh orang-orang kaya dengan tujuan memperlancar jalan mereka menuju surga.

Menurut Luther, paus tidak memiliki kuasa atas purgatori atau fase penyucian yang harus dilalui setiap orang sebelum masuk surga. Luther memandang naskah Bible sebagai satu-satunya sumber akurat dan pengampunan dosa hanya dapat diperoleh dari Tuhan semata. Gagasan-gagasan Luther tersebut kemudian mendasari terbentuknya salah satu cabang kekristenan yaitu Protestanisme.

Beberapa peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Oktober ini menandai babak baru dalam perjalanan sejarah Eropa dan dunia. Reunifikasi Jerman bukan hanya bermakna penyatuan kembali kedua wilayah Jerman tetapi juga sebagai pertanda berakhirnya era Perang Dingin. Begitu pula dengan 95 Tesis oleh Martin Luther yang berujung pada pembentukan Kristen Protestan sebagai salah satu cabang utama Kekristenan dengan pengikut terbanyak di dunia setelah Kristen Katolik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team