potret Mehriban dan Ilham Aliyev (insider.com)
Seperti kebanyakan negara pecahan Uni Soviet lainnya, Azerbaijan memang bukan negara demokrasi, tetapi mempertahankan sistem republik dengan Presiden sebagai pemimpin tertinggi. Dibantu dengan Perdana Menteri sebagai kepala pemerintahan. Negara ini juga menerapkan trias politica, yaitu pembagian struktur pemerintah berupa eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Namun, selama ini berdasarkan laporan Freedom House, negara ini masih melakukan pembatasan ketat pada oposisi dan pihak-pihak yang berani mengkritik pemerintah. Politik dinasti bahkan sudah dipraktikan sejak Heydar Aliyev, Presiden pertama Azerbaijan sejak tahun 1993 mundur dari pemilu tahun 2003 karena alasan kesehatan. Ia kemudian digantikan sang putra tertua, Ilham Aliyev yang hingga kini masih memegang jabatan tersebut.
Di tahun 2016 Aliev mengadakan sebuah referendum untuk mengangkat Wakil Presiden dan menambah masa jabatan Presiden dari lima tahun menjadi tujuh tahunan. Seakan tak bisa dielakkan, referendum tersebut disetujui rakyat Azerbaijan. Padahal, beberapa minggu sebelumnya sejumlah aktivis turun ke jalan untuk memprotes referendum tersebut. Dengan berlakunya referendum, nama Mehriban Alieva dinobatkan sebagai Wapres pertama Azerbaijan. Ia tak lain adalah istri Ilham Aliyeva. Dengan begitu, selama 30 tahun merdeka jabatan pemimpin negara hanya pernah dipegang satu keluarga.
Hal ini sebenarnya banyak terjadi di beberapa negara bekas Soviet, termasuk Republik Otonom Chechnya yang sejak berdamai dengan Rusia dipimpin oleh klan Kadyrov. Dimulai dari Akhmat dan kini diwariskan pada sang putra, Ramzan Kadyrov.