Rusa Sika (commons.wikimedia/Jakub Hałun)
Di Jepang, rusa sika menyimpan cerita yang berkaitan dengan kepercayaan dan agama Shinto. Bukan sekadar rusa biasa, ia adalah legenda dan sejarah yang tak lekang oleh waktu.
Rusa sika dianggap sebagai hewan suci utusan para dewa. Diketahui pada tahun 768, dewa Shinto Takemikazuchi, yakni salah satu dari empat dewa Kuil Kasuga Taisha di Kota Nara, berkunjung dengan menunggangi seekor rusa putih. Tidak heran sejak saat itu, juga penduduk kota Nara menobatkan rusa sika sebagai utusan dewa yang bertugas mengawasi kota tersebut.
Dianggap sebagai utusan suci, penduduk kota Nara sepakat untuk melindungi rusa-rusa yang ada di kota tersebut dengan pengawasan yang sangat ketat. Bahkan pada saat itu, membunuh rusa sika dianggap sebagai perbuatan melawan hukum dan siapapun yang melakukannya harus di hukum mati.
Perlu diketahui bahwa rusa-rusa ini hidup berdampingan dengan masyarakat setempat. Mereka hidup bebas berkeliaran di sekitar kuil atau taman. Masyarakat menganggap rusa sebagai aset berharga yang mampu menghubungkan manusia dengan dunia spiritual Shinto.