Pangeran Sa Do pada cuplikan film The Throne (koreaherald.com)
Ketika berusia sepuluh tahun, Pangeran Sado jatuh sakit. Tidak ada yang tahu pasti penyakit yang dideritanya, tetapi sejak saat itu perilakunya berubah. Mad Monarch melansir bahwa, Pangeran Sado mengalami gangguan mental ringan. Ketika wabah campak menyerang di tahun 1752, kakak perempuan kesayangannya, Putri Hwa Hyeop, meninggal akibat penyakit tersebut. Pangeran sangat berduka dan sejak saat itu pula, sikapnya semakin parah. Ia mulai bermimpi buruk dan mengalami delusi.
Pangeran Sado mengaku melihat Dewa Petir ketika membaca buku Taoisme berjudul Okchugyeon. Ia jadi sangat ketakutan sampai tak mau menyentuh apapun yang memiliki pahatan karakter dari buku tersebut. Kondisi mentalnya semakin parah ketika neneknya, Ratu In Won, dan istri ayahnya, Ratu Jeong Seong, meninggal dalam waktu berdekatan. Kepergian dua orang terdekatnya membuat hubungan Pangeran Sado dan Raja Yeong Jo memburuk. Pangeran semakin frustasi dan amarahnya jadi tidak terkontrol.
Dilansir People Pill, kondisi mental Pangeran Sado yang memburuk membuatnya semakin kasar dan brutal. Amarahnya hanya mereda dengan memukuli bahkan membunuh pegawai-pegawainya. Ia juga menyerang dan memperkosa banyak dayang-dayang istana, bahkan ia berusaha menyerang saudarinya sendiri, Putri Hwa Wan. Hal ini selalu dilakukannya setiap kali ia marah.
Ketakutannya terhadap Dewa Petir juga menimbulkan masalah ketika akan memilih pakaian. Ia sangat takut dan percaya jika memilih pakaian yang salah, dewa akan marah. Ia pun menjadi sangat marah jika ada kesalahan dalam pakaiannya, dan kerap membunuh pelayan-pelayannya. Ia bahkan tidak segan-segan menghajar istrinya sendiri.