Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
George Washington melintasi Delaware dalam Revolusi Amerika (vox.com/Emanuel Leutze)

"Sejarah adalah serangkaian kebohongan yang telah disepakati orang," kata Napoleon Bonaparte, seperti yang dikutip dari Quote Investigator.

Nah, benarkah sejarah itu diselipi kebohongan? Jawaban atas pertanyaan itu sangat bergantung pada siapa orang-orang yang bersangkutan dan cerita apa yang mereka ceritakan. Begitulah cara kerja sejarah dunia.

Orang yang berbeda, memiliki cerita berbeda pula. Namun terkadang, cerita yang sama akan berbeda, tergantung pada siapa yang menceritakannya. Begitu pula dengan sejarah Amerika, yang menghasilkan serangkaian cerita jauh berbeda, tergantung pada negara-negara mana yang menceritakannya. 

1. Perang Korea menurut Korea Utara

ledakan dalam Perang Korea (Dok. U.S. Department of Defense)

Perang Korea secara teknis belum berakhir. Anggota dinas militer yang ditempatkan di Korea Selatan bergabung dengan Veteran Perang Asing, meskipun gencatan senjata diumumkan pada tahun 1953.

Sayangnya, orang Amerika hanya tahu sedikit tentang konflik ini dan sering disebut sebagai 'Perang yang Terlupakan'. Namun, sejarah ini tidak dilupakan di Korea Utara, bahkan mereka mempelajari tentang hal ini secara profan dan tidak akurat.

Sebuah buku teks Korea Utara yang dikutip dalam makalah terbitan Universitas Negeri New York di Cortland menceritakan bagaimana perang dimulai. Buku itu mengklaim bahwa Korea Utara diserang pada 25 Juni 1950, imperialis Amerika memerintahkan pasukan boneka Korea Selatan untuk menyerang Korea Utara. Buku teks itu menyebutkan bahwa negosiasi dan musyawarah perdamaian adalah trik biadab, di mana AS dan Korea Selatan menyarankan gencatan senjata atas dasar maksud tertentu.

Selama perang, buku teks tersebut menyatakan tuduhan-tuduhan tanpa bukti dan bertentangan dengan setiap keterangan dari semua pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada di sana. Bahkan, buku teks itu menyebutkan bahwa orang Amerika menggunakan bom atom dan senjata biologis untuk membunuh tawanan Perang Korea Utara. 

Di Museum of American War Atrocities Korea Utara, seperti yang dijelaskan oleh Newsweek, museum itu menunjukkan bahwa tentara AS melakukan kejahatan perang seperti membunuh para perempuan.

"Orang Amerika adalah pembantai yang secara brutal membantai orang-orang kami," kata buku tur museum itu. Pemandu wisata museum bahkan berulang kali menyebut orang Amerika sebagai miguk nom, atau 'bedebah Amerika'.

2. Revolusi Amerika tidak dianggap terlalu penting, bahkan di Amerika sendiri

Editorial Team

Tonton lebih seru di