Kartun politik satir tentang terpilihnya Benjamin Harrison dengan sistem Electoral College, yang diterbitkan di majalah mingguan "Puck", pada tahun 1871. (commons.wikimedia.org/Norman B. Leventhal Map Center/Joseph Ferdinand Keppler)
Saat Amerika Serikat baru terbentuk, para Founding Fathers tidak ingin jika Amerika diperintah oleh pemimpin yang dipilih masyarakat umum. Founding Fathers keberatan jika masyarakat umum (yang notabennya tidak memahami pemerintahan) justru diminta untuk memilih presiden. Alexander Hamilton membingkai peraturan ini dalam sebuah buku yang berjudul, The Federalist Papers.
Alexander Hamilton menjelaskan bahwa masyarakat memang perlu memilih pemimpin mereka sendiri. Akan tetapi, pemilihan ini jauh lebih baik jika dilakukan oleh orang-orang profesional yang mampu menganalisis kualitas pemimpin mereka. Ia juga mengatakan bahwa pemungutan suara yang tidak mengandalkan suara rakyat secara langsung bisa mencegah korupsi dan kronisme.
Electoral College di negara-negara bagian yang masih menerapkan perbudakan, tidak mengizinkan para budak untuk memilih. Pada dasarnya, para budak tidak memiliki hak untuk memilih presiden dan wakil presiden. Bahkan Presiden James Madison mengakui bahwa di negara bagian Selatan, hak untuk memilih sangatlah rumit.
Jadi, Electoral College diabadikan dalam Konstitusi AS. Jumlah pemilih pun berubah ketika Amerika menambahkan lebih banyak negara bagian ke dalam serikat pekerja. Para elector (pemilih) dari Electoral College biasanya akan bertemu pada tanggal 6 Januari, setelah pemilu, untuk secara resmi memilih presiden dan wakil presiden.