Tembok besar China (pexels.com/mackenziryder)
Kekalahan Dinasti Manchu atau bisa disebut juga dinasti Qing pada Perang Candu menyebabkan beberapa wilayah di China dikuasai oleh bangsa barat. Bangsa barat yang berkuasa di China bertindak sewenang-wenang dan tidak mematuhi hukum-hukum yang berlaku di China. Hal ini menimbulkan perasaan tidak senang bagi masyarakat China kepada bangsa barat dan Dinasti Manchu. Dinasti Manchu yang aslinya bukan keturunan asli Tionghoa dinilai membuat China mengalami kesengsaraan.
Puncak rasa tidak senang tersebut terjadi pada awal abad ke-19. Kaum terpelajar China yang dipimpin oleh Sun Yat Sen, seorang tokoh Nasionalis melakukan kudeta untuk menggulingkan kekuasaan Dinasti Manchu. Perjuangan mereka berhasil, Dinasti Manchu yang telah memerintah China sejak abad ke-16 sukses ditaklukkan. Mereka akhirnya memproklamirkan berdirinya Republik China yang berhaluan Nasionalis pada tahun 1912 dengan Sun Yat Sen yang menjadi presiden pertamanya. Sun Yat Sen bercita-cita untuk mengubah China menjadi negara yang nasionalis, demokratis, dan sosialis.
Pada tahun 1921, Chen Duxui bersama dengan Henk Sneevliet mendirikan Partai Komunis Tiongkok (PKT). PKT saat itu hanya memiliki sedikit anggota dari kalangan terpelajar. Mereka akhirnya melobi Sun Yat Sen agar dapat bergabung ke dalam birokasi China yang saat itu di bawah kendali Partai Nasionalis Kuomintang. Sun Yat Sen menyetujui permintaan PKT dengan harapan PKT dapat membantunya untuk menyatukan seluruh China. Komunis yang mendapat tempat di pemerintahan memanfaatkannya untuk menyebarkan paham Komunis yang semakin lama semakin kuat dan memperoleh banyak simpatisan.