Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pelataran Masjid Universitas Al-Azhar Kairo (pixabay.com/lapping)

Intinya sih...

  • Universitas Al-Azhar Kairo berdiri sejak abad ke-10 dan menjadi salah satu universitas tertua yang masih aktif hingga kini.
  • Pada awalnya, Al-Azhar berfungsi sebagai pusat dakwah Syiah sebelum akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidikan Sunni yang kuat.
  • Di bawah pemerintahan Gamal Abdel Nasser, Al-Azhar resmi ditransformasikan menjadi universitas modern dengan kurikulum yang inklusif dan berbasis ilmu.

Di tengah riuhnya diskusi tentang masa depan pendidikan berbasis Islam, nama Universitas Al-Azhar Kairo selalu hadir sebagai penanda sejarah panjang pencarian ilmu. Berdiri sejak abad ke-10, universitas ini bukan sekadar institusi keagamaan, melainkan juga saksi perubahan zaman dari kekuasaan Syiah Fatimiyah hingga republik Mesir modern. Tak banyak universitas di dunia yang punya umur lebih dari seribu tahun, dan Al-Azhar adalah salah satunya. Berikut perjalanan panjang Universitas Al-Azhar Kairo mulai dari kelahirannya seribu tahun lalu hingga menjadi universitas Islam moderat.

1. Universitas Al-Azhar lahir dari Dinasti Fatimiyah yang berhaluan Syiah

Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab Universitas Al-Azhar (commons.wikimedia.org/Faris knight)

Pada awalnya, Al-Azhar berfungsi sebagai pusat dakwah Syiah, bukan Sunni seperti yang kita kenal sekarang. Al-Azhar pertama kali dibangun pada tahun 970 Masehi oleh Dinasti Fatimiyah--sebuah kekhalifahan Syiah Ismailiyah yang saat itu menguasai Mesir. Awalnya didirikan sebagai masjid utama Kairo, Al-Azhar kemudian berkembang menjadi lembaga pendidikan pada 988 M, menjadikannya salah satu universitas tertua yang masih aktif hingga kini.

2. Sempat meredup di era Kesultanan Al-Ayyubi, lalu diselamatkan oleh Mamluk

Lingkungan Universitas Al-Azhar Kairo (commons.wikimedia.org/Jorge Láscar from Melbourne)

Masa transisi dimulai ketika Salahuddin Al-Ayyubi menggulingkan Fatimiyah pada akhir abad ke-12 dan mengembalikan dominasi Sunni di Mesir. Al-Azhar sempat meredup, sebelum akhirnya bangkit kembali di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk (1250–1517 M). Pada era inilah Al-Azhar diposisikan sebagai pusat keilmuan Sunni, dengan dukungan penuh dari negara dan sistem wakaf yang kuat.

3. Al-Azhar kembali bersinar di era Kekaisaran Ottoman

Bangunan tua kampus Al-Azhar Kairo (commons.wikimedia.org/Jorge Láscar from Melbourne)

Masuk ke era Kekaisaran Ottoman, status Al-Azhar makin diperkuat. Jabatan Syekh Al-Azhar diperkenalkan, menjadikan universitas ini tidak hanya sebagai tempat belajar, tapi juga otoritas moral dan keagamaan yang berpengaruh di dunia Islam. Pengaruhnya meluas melampaui Mesir, menjadikan Al-Azhar sebagai rujukan utama dalam wacana keislaman Sunni di berbagai wilayah Muslim.

4. Pada abad ke-18, Al-Azhar menjadi jantung perlawanan pendudukan Prancis

Kampus dan masjid Universitas Al-Azhar Kairo (commons.wikimedia.org/Daniel Mayer)

Di akhir abad ke-18, saat Napoleon Bonaparte menginjakkan kaki di Mesir, Al-Azhar membuktikan bahwa ia bukan hanya pusat intelektual, tapi juga jantung perlawanan rakyat. Mahasiswa dan ulama Al-Azhar terlibat langsung dalam pemberontakan melawan pendudukan Prancis. Peran kritis itu berlanjut pada masa kolonial Inggris. Al-Azhar menjadi tempat lahirnya wacana kebangkitan Islam, dan menjadi rumah bagi tokoh-tokoh pembaru seperti Jamal al-Din al-Afghani dan Muhammad Abduh, yang mengusulkan integrasi antara ilmu agama dan ilmu modern. 

5. Al-Azhar menjadi universitas Islam moderat sejak abad ke-19 hingga kini

Masjid Al-Azhar Kairo, Mesir (commons.wikimedia.org/David Stanley from Nanaimo)

Tahun 1961 menjadi titik balik penting. Di bawah pemerintahan Gamal Abdel Nasser, Al-Azhar resmi ditransformasikan menjadi universitas modern. Fakultas-fakultas baru dibuka, termasuk kedokteran, teknik, dan sains. Pendidikan dibuka untuk perempuan, dan kurikulum diperluas tanpa meninggalkan akar tradisional Islam yang kuat. Kini, Al-Azhar memiliki puluhan fakultas, ribuan staf pengajar, dan mahasiswa dari lebih seratus negara. Lembaga ini juga memiliki media resmi, seperti Al-Azhar Online dan saluran TV, yang menyampaikan pesan keagamaan kepada khalayak luas. 

Al-Azhar bukan hanya tentang masa lalu yang gemilang, tapi juga tentang masa depan Islam yang terbuka, inklusif, dan berbasis ilmu. Di tengah perubahan dunia, universitas ini masih menunjukkan bahwa ilmu dan iman bukan dua hal yang harus dipisahkan, melainkan disatukan demi kemaslahatan umat. Kamu tertarik belajar di Al-Azhar Kairo?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team