potret suasana ruang praktikum STOVIA di Batavia tahun 1933 (digitalcollections.universiteitleiden.nl/KITLV)
STOVIA merupakan sekolah tinggi kedokteran dan cikal bakal fakultas kedokteran universitas Indonesia. Sebelumnya sudah ada Sekolah Dokter Djawa yang merupakan tempat latihan bagi calon-calon dokter Bumiputera. Seperti yang dicatat M.C. Ricklefs dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern, bahwa sejak tahun 1902 Sekolah Dokter Jawa di Weltevreden (Jakarta) diganti menjadi STOVIA dan tahun 1927diubah lagi menjadi Geneeskundige Hoogeschool.
Hanya segelintir orang saja yang mampu sekolah kedokteran tersebut karena biayanya teramat mahal. Kebanyakan mereka adalah anak bupati, pegawai negeri atau ambtenaar, dan beberapa anak Eropa. Saat Abendanon menjabat sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan Hindia Belanda, berusaha memberi kesempatan bagi kalangan menengah bawah dengan menurunkan biaya sekolah bagi orang tua berpenghasilan di bawah 50 gulden. Sayangnya hal itu tidak tercapai akibat ditentang kaum elit bangsawan. Sampai akhir, STOVIA tetap menjadi sekolah tinggi yang paling elit dan terpandang.
Itulah beberapa sekolah zaman Belanda yang sering dipandang elit dan favorit oleh masyarakat dahulu. Kini kita patut bersyukur bisa berkesempatan bersekolah dengan layak dimana pun, tanpa diskriminasi sosial dan ekonomi.