potret Simone de Beauvoir dan Jean-Paul Sartre di tahun 1955 (wikimedia.org/Liu Dong'ao)
Tahun 1929 adalah kali pertama Simone de Beauvoir bertemu dengan Jean-Paul Sartre, yang juga dikenal sebagai filsuf eksitensialis berpengaruh dalam sejarah Prancis. Pertemuannya dengan Sartre membawa Simone semakin mengenal eksistensialisme.
Sartre dan Simone sering bertemu di kedai kopi de Flore untuk menulis, bertukar pikiran, atau sekadar minum kopi. Hal ini tidak sengaja membuat mereka mempopulerkan istilah café. Beberapa filsuf seperti Albert Camus dan Raymond Aron juga mulai mengikuti kebiasaan Sartre dan de Beauvoir untuk nongkrong dan berdikusi di café.
Hubungan Sartre dan Simone tidak direstui oleh orangtua Simone karena perbedaan kelas sosial di antara mereka. Namun, Simone memilih meninggalkan rumah dan tinggal bersama Sartre. Selama itu, Simone dan Sartre menjalin hubungan tanpa ikatan pernikahan.
Dalam bukunya yang berjudul Memoires d’Une Jeune Fille Rangée, Simone berujar bahwa ia memutuskan untuk tidak menikah dan memiliki anak. Simone lebih memilih untuk mendedikasikan waktunya untuk menulis, mengajar, dan berkontribusi pada politik. Tidak menikah juga menjadi bentuk kritik Simone terhadap institusi pernikahan.