gambar orang Indian yang terkena cacar (commons.m.wikimedia.org/Bernardino de Sahagún)
Bukan hanya menyiksa dan memperbudak suku Taíno, kedatangan Christopher Columbus dan krunya secara gak langsung juga menjadi penyebab tersebarnya penyakit cacar di Amerika. Dilansir The Collector, gak hanya mengirim orang-orang Taíno ke Spanyol, Christopher Columbus juga mengirimkan orang-orang Afrika yang diperbudak ke Amerika pada tahun 1503. Christopher Columbus sendiri pulang ke Spanyol pada tahun 1504. Namun hal itu gak lantas membuat penjajahan berhenti.
Pada tahun 1507, wabah cacar pertama merebak di Amerika. Berbeda dengan orang-orang Spanyol yang sudah mengenal wabah ini sejak abad ke-7 Masehi, sistem imun tubuh orang Taíno sangat lemah. Akibatnya, penyakit ini menyebar dengan sangat cepat dan menewaskan hampir seluruh penduduk Taíno di Hispaniola.
Seiring waktu, wabah cacar memang menghilang. Namun wabah ini kembali muncul pada tahun 1518. Awalnya hanya seorang budak Afrika di pertambangan Hispaniola yang terjangkit cacar. Lambat-laun penyakit ini juga menghabisi sepertiga orang Taíno yang tersisa sebelum akhirnya menyebar ke Kuba dan wilayah lain di Amerika.
Ketika Christopher Columbus tiba pertama kali di Amerika, benua tersebut dihuni oleh 60 ribu sampai 8 juta orang Taíno. Kebanyakan dari mereka adalah petani jagung dan umbi-umbian. Sayangnya sistem perbudakan, kerja paksa, serta wabah cacar membuat jumlah penduduk merosot sangat tajam hingga hanya menyisakan kurang dari 500 orang pada tahun 1548.
Christopher Columbus meninggal dunia pada 20 Mei 1506 di Spanyol. Di akhir hidupnya, dia kehilangan banyak gelar bangsawan dan harta kekayaan. Namun hal itu tetap aja gak sebanding dengan apa yang sudah dia lakukan pada penduduk asli Amerika.