Dalam penelitian bertajuk "Missense mutations in PIEZO1, encoding the Piezo1 mechanosensor protein, define the Er red blood cell antigens" tersebut, para peneliti menemukan perubahan di kode gen protein PIEZO1. Ternyata, PIEZO1 menghasilkan produksi protein yang sudah diubah di permukaan sel para partisipan.
Bukan hal baru dalam dunia medis, PIEZO1 sudah sering dikaitkan dengan berbagai penyakit. Dalam studi hewan, tikus tanpa PIEZO1 wafat sebelum lahir. Selain itu, jika PIEZO1 dihapus dari sel darah merah, sel darah mengandung terlalu terhidrasi dan menjadi rapuh.
"Protein PIEZO adalah protein mekanosensorik yang digunakan sel darah merah untuk merasakan apabila ia sedang dihimpit. Protein ini ada hanya beberapa ratus kopi di membran tiap sel tubuh," ungkap salah satu peneliti utama, Prof. Ashley M. Toye, dalam pernyataan resmi.
Lalu, para peneliti membuktikan bahwa aloantibodi terhadap antigen Er terikat dengan PIEZO1. Setelah menghapus PIEZO1 dari dinding sel eritroblas dengan teknik CRISPR/Cas9 dan menguji antigennya dengan proses sekuens termutakhir, PIEZO1 memang dibutuhkan untuk ekspresi antigen Er di permukaan sel.