potret jalak eropa dewasa (commons.wikimedia.org/Marek Szczepanek)
Secara umum, jalak eropa (Sturnus vulgaris) dikenal sebagai burung hama yang sangat mengganggu. Sektor pertanian, peternakan, penerbangan, sampai kesehatan manusia bisa terpengaruh oleh kehadiran burung yang satu ini. Apalagi, mereka punya peta persebaran yang sangat luas, yakni meliputi Amerika Utara, Eropa, Asia, hingga Afrika. Panjang burung ini sekitar 19—23 cm dengan bobot 58—101 gram. Sementara, rentang sayap mereka ada pada angka 31—44 cm.
Dalam praktiknya, jalak eropa menunjukkan perilaku parasitisme induk pada sesama jenisnya saja. Dalam tulisan jurnal "Brood Parasitic European Starlings Do Not Lay High-quality Eggs", disebutkan bahwa pelaku parasitisme induk pada jalak eropa adalah betina yang baru pertama kali bertelur ke sarang jalak lain ketika sedang tidak dijaga. Sekitar 37 persen dari seluruh sarang pasangan jalak eropa yang terbentuk ketika musim kawin diketahui memiliki telur yang berasal dari betina pelaku parasitisme induk tersebut.
Telur jalak eropa biasanya butuh 12 hari untuk menetas. Setelah itu, mereka akan dirawat oleh induk tirinya hingga bisa mandiri pada usia 3 minggu. Hebatnya, meski punya perilaku parasitisme induk, populasi jalak eropa terbilang sangat besar. Berkat kemampuan adaptasinya yang luar biasa, saat ini setidaknya ada ratusan juta jalak eropa yang tersebar di seluruh dunia.
Perilaku parasitisme induk mungkin terdengar kejam bagi kita. Akan tetapi, perilaku ini bukan sesuatu yang dimiliki burung-burung di atas hanya dalam waktu semalam. Berkat adaptasi, insting, dan keadaan di sekitarnya, burung pelaku parasitisme induk nyatanya bisa bertahan dengan baik di habitat alaminya. Pada akhirnya, dalam dunia hewan, hanya yang kuat dan bisa beradaptasi dengan baik di alamlah yang dapat bertahan sekalipun caranya terkesan kotor bagi kita sebagai manusia.