Boeing P-8 Poseidon milik AS (wikimedia.org)
Selain menyisakan duka mendalam, tenggelamnya KRI Nanggala (402) sekaligus pelajaran penting untuk Indonesia. Berkaca dari Singapura dan Malaysia, penting untuk memiliki submarine rescue vessel (SRV) dan DSRV, serta pemasangan underwater telephone di kapal selam. Hal tersebut agar kontak dan pencarian kapal selam lebih cepat.
Berkaca pada HMAS Ballarat milik Australia dan P-8 Poseidon milik AS, penting bagi militer Indonesia untuk melengkapi aset fregat dan korvetnya dengan kemampuan anti-submarine warfare (ASW) yang memadai. Hal ini dikarenakan aset militer Indonesia terbukti kurang mampu mendeteksi kapal selam di kedalaman laut ekstrem.
Jangan tertipu dengan namanya! Meskipun namanya ASW yang identik dengan pembasmian kapal selam, fungsi ASW amat berguna untuk mencari kapal selam dalam kondisi distress. Oleh karena itu, ASW bukan hanya kebutuhan, melainkan keharusan!
dukacita untuk KRI Nanggala (402) (twitter.com/@gumpnhell)
Itulah beberapa tahap dalam deklarasi tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala (402) dan istilah teknis yang menyertainya. KRI Nanggala (402) menyisakan duka mendalam sekaligus pelajaran penting mengenai teknologi militer Indonesia yang harus diperbarui.
On eternal patrol, KRI Nanggala (402).