Pernah mendengar istilah "Going berserk"? Nah, istilah tersebut sebenarnya berakar dari kebiadaban Berserker dalam menyikat habis musuhnya, bak beruang yang mencabik-cabik mangsanya. Sekarang, "going berserk" diartikan sebagai "marah hingga menggila".
Sebelum pergi perang, Berserker mengikuti ritual. Di ritual ini, mereka dibuat bak orang kesurupan hingga memasuki keadaan berserkergang. Dalam keadaan ini, sudah tidak ada satupun yang dapat menghentikan mereka.
Menurut pujangga dan sejarawan Islandia kuno, Snorri Sturluson, dalam hikayat Ynglingasaga, ksatria Berserker dalam berserkergang-nya tidak mempan diserang dengan besi (tombak, panah, atau pedang) dan api!
Tanda-tanda berserkergang adalah:
- Menggigil,
- Gigi bergemertak,
- Tubuh mendingin,
- Muka membengkak dan berubah warna, serta
- Amukan tidak terkendali,
Dikisahkan oleh Saxo Grammaticus pada bukunya, "Gesta Danorum", saking kebalnya dengan besi, salah satu ksatria Berserker bisa melahap bagian besi pada perisainya sendiri, lho! Kemudian, ia melahap batu bara panas, mengambil pedang, melewati api, dan membantai enam ksatria terbaik musuh! Efek sampingnya adalah keletihan jangka panjang dan hibernasi setelah masa berserkergang habis.
Sayangnya, saat kami mengatakan "tidak terhentikan", memang secara literal, ksatria Berserker tidak dapat dihentikan, baik oleh musuh atau kawan sendiri. Dengan kata lain, mereka menyerang secara membabi buta. Oleh karena itu, beberapa catatan sejarah Nordik menuliskan ksatria Berserker biasanya tidak ditempatkan dalam formasi perang.
Dalam catatan sejarah Skandinavia, Raja Harold dan Halfdan menjadikan Berserker pengawal raja atau sebagai pasukan kejut sebanyak 12 orang dalam satu kelompok.