Mesir adalah negara yang memiliki monumen-monumen luar biasa, dan tentunya menarik jutaan wisatawan dari seluruh dunia untuk mengunjungi negara ini. Peninggalan dari monumen-monumen bersejarah ini memberikan wawasan luar biasa tentang keahlian dan kecerdikan masyarakat Mesir Kuno. Ada Sphinx yang misterius, seekor singa berwajah perempuan yang berdiri setinggi 20 meter, 4.500 tahun setelah pembangunannya, serta Lembah Para Raja, tempat peristirahatan lebih dari 60 tokoh kerajaan yang memerintah pada 3 milenium lalu, sebagaimana yang diungkapkan Britannica.
Namun, permata utama dari objek wisata bersejarah Mesir adalah Piramida Agung Giza, yang berdiri tepat di barat daya Kairo dan dikunjungi oleh sekitar 2,5 juta orang setiap tahunnya. Piramida Agung Giza yang menjulang tinggi di atas gurun ini, tetap memukau hingga saat ini sebagaimana halnya bagi orang Mesir Kuno yang memandangnya bertahun-tahun yang lalu. Pada saat itu, mereka menganggapnya sebagai bukti keilahian firaun Mesir dan dewa-dewa mereka.
Struktur sosial Mesir Kuno sangat hierarkis, dan para sejarawan sepakat bahwa banyak sekali budak yang dieksploitasi dalam pembangunan Piramida Agung Giza dan bangunan bersejarah lainnya di sekitarnya. Namun, tidak semua sejarawan yakin akan hal ini. Bahkan, menurut beberapa teori liar, ada alasan lain selain perbudakan di balik pembangunan keajaiban dunia kuno ini. Berikut ini kita akan membahas teori tergila tentang pembangunan Piramida Agung Giza.