Menurut data yang diambil dari Our World in Data, pada 2100 mendatang jumlah populasi manusia diperkirakan mencapai lebih dari 10 miliar jiwa. Apa pengaruhnya bagi dunia? Tentu saja Bumi akan semakin penuh dan penggunaan sumber daya alam (SDA) juga akan semakin masif.
Ada beberapa jenis SDA yang saat ini tampak melimpah namun ternyata jumlahnya terus merosot hingga menuju pada kelangkaan dalam waktu dekat. Apa saja, ya? Yuk, disimak!
Seperti dicatat dalam Bureau of Land Management, salah satu sumber daya alam paling banyak di Bumi yang menuju pada jurang kepunahan adalah helium. Helium merupakan unsur yang sangat melimpah di alam setelah hidrogen. Helium juga diklasifikasikan sebagai senyawa gas yang bersahabat bagi kehidupan karena helium bersifat stabil dan tidak akan terbakar.
Sayangnya, helium adalah senyawa yang tidak dapat terbarukan. Jika helium sudah habis, maka keberadaannya tidak bisa digantikan dengan sanyawa lainnya. Mulai dari balon hingga medis, helium sudah sering digunakan oleh banyak orang. Beberapa peralatan diagnosis seperti MRI juga menggunakan helium sebagai bahan utamanya.
Bahkan, metode operasi modern untuk mata juga tidak bisa dilepaskan dari helium, salah satunya adalah teknologi laser helium-neon. Di bidang militer, helium sering digunakan sebagai bahan baku pengujian mesin pada roket dan rudal. Jika tidak digunakan secara bijak dan efisien, helium dipastikan akan punah dan manusia hanya bisa mendapatkan helium baru di Bulan atau planet lain.
Lahan atau tanah lapang sudah semakin langka dan mungkin hanya bisa dijumpai di wilayah pedesaan yang jauh dari kota. Faktanya, jika lahan semakin langka, maka pasokan pangan juga akan semakin sedikit. Jumlah populasi manusia yang semakin banyak akan mengurangi jumlah lahan yang semakin masif. Diperkirakan, lahan pertanian, peternakan, dan perkebunan akan habis di masa depan.
Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) dalam lamannya menulis bahwa keberadaan lahan saat ini telah menjadi tantangan utama bagi banyak negara di dunia. Jumlah hutan yang semakin sedikit, belum lagi jumlah lahan pertanian yang semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan pangan umat manusia, wajib dijadikan perhatian utama karena manusia bisa mengalami krisis pangan di masa depan.
Bahkan, jumlah nutrisi dan senyawa alam di dalam tanah juga akan lenyap sedikit demi sedikit. Hal ini bisa berpengaruh pada kesuburan tanah dan juga jumlah air bersih di permukaan Bumi. Langkah paling ekstrem yang bisa diambil adalah mendirikan koloni baru di planet lain, meskipun entah kapan hal tersebut bisa terealisasi.
Jumlahnya tampak banyak di Bumi ini. Namun, pasir akan habis di masa depan dan mungkin Bumi akan kembali ke zaman es. Untuk wilayah gurun, pasir akan lenyap dan membeku jika di masa depan Bumi kembali memasuki zaman es. Sedangkan, untuk pasir berkualitas bagus dari sekitar pegunungan berapi, di masa depan akan punah karena digunakan secara masif untuk bahan bangunan.
Pasir yang dihasilkan di sekitar gunung berapi dinilai sangat bagus untuk dijadikan bahan bangunan karena memiliki kandungan besi yang berkualitas. BBC Future dalam lamannya menulis bahwa setiap unsur bahan baku yang digunakan pada bangunan, elektronik, dan automotif, akan melibatkan pasir di dalamnya.
Faktanya, saat ini saja dunia sedang menghadapi krisis pasir. Ya, jumlah pasir di muka Bumi semakin sedikit dan diperkirakan akan hilang di masa yang akan datang. Menurut data, manusia di dunia menggunakan sedikitnya 50 miliar ton pasir setiap tahunnya. Jika penambangan pasir terus dilakukan secara masif, bukan tak mungkin Bumi akan menjadi planet tanpa pasir di masa depan.
Indonesia, Amerika Serikat, Australia, India, Tiongkok, Afrika Selatan, Jerman, dan Polandia adalah deretan negara penghasil batu bara terbesar di dunia. Laman U.S. Energy Information Administration mencatat bahwa pada 2020 saja, Amerika Serikat telah memproduksi batu bara sebanyak 20 juta ST (short ton) untuk keperluan ekspor mereka.
Jumlah produksi ini belum dilihat dari negara lainnya. Faktanya, batu bara bukanlah sumber daya alam yang bisa diperbarui secara singkat. Hal ini berkorelasi dari proses pembentukan batu bara itu sendiri yang melibatkan miliaran jumlah fosil purba yang terendap selama ratusan juta tahun.
Menurut studi pertambangan yang ditulis dalam laman Stanford University, keberadaan batu bara dunia akan habis pada 70 tahun mendatang. Itu artinya, saat ini cadangan batu bara sudah dalam taraf sekarat dan hanya cukup untuk digunakan selama puluhan tahun saja. Padahal, ironisnya, sepintas batu bara terlihat sebagai salah satu SDA paling melimpah yang ada di alam.
Sebagian besar industri dan transportasi yang ada di dunia ini membutuhkan minyak bumi sebagai bahan bakar utamanya. Studi yang sama dalam laman Stanford University juga memperkirakan bahwa minyak bumi akan habis sekitar 30 tahun lagi. Hal ini bahkan sudah diramalkan oleh banyak pihak sejak zaman dulu.
U.S. Energy Information Administration melansir bahwa Amerika, Arab Saudi, dan Rusia menjadi tiga negara teratas dalam hal produksi minyak bumi. Amerika sanggup memproduksi minyak bumi sebanyak 18,6 juta barrel per hari. Sedangkan, Arab Saudi dan Rusia sanggup memproduksi miyak bumi sebanyak 11 dan 10 juta barrel per hari.
Pengolahan minyak bumi besar-besaran akan membuat cadangan minyak bumi semakin menipis dan manusia dituntut untuk menggunakan sumber daya alam lainnya di kemudian hari. Itu sebabnya, teknologi transportasi sudah mulai mengembangkan produk yang mengonsumsi bahan bakar selain minyak, misalnya listrik, hidrogen, dan biodiesel.
Itulah beberapa jenis sumber daya alam yang semakin habis dan diperkirakan akan punah. Gunakan sumber daya alam dengan bijak, ya! Semoga artikel ini bisa menambah dan memperkaya wawasan kamu.