ilustrasi suporter Brexit (Pexels.com/Dylan Bueltel)
Ada beberapa poin menarik yang dibahas Newman dalam jurnal Frontiers in Social Psychology berjudul ‘Of course people can reject democracy: psychological perspectives’. Dari 3 studi yang ia pakai untuk menjelaskan mengapa manusia bisa menolak demokrasi — yakni dari Erich Fromm, Roy F. Baumeister, dan Barry Schwartz — Newman menyimpulkan kalau manusia punya ketakutan atau kekhawatiran terhadap kebebasan dalam level tertentu.
Fromm berargumen bahwa manusia kesulitan untuk melihat dirinya sebagai individu yang terpisah dari manusia lain. Keinginan untuk jadi bagian dari satu komunitas senasib sepenanggungan ini mendorong manusia untuk tertarik pada ide bahwa ada kekuasaan yang lebih besar dari mereka. Fromm melihat pola yang menarik sebelum manusia mencapai titik ini. Yakni, terpaan situasi sulit seperti krisis ekonomi atau keamanan. Sebagai mekanisme pertahanan diri, manusia tergerak menyerahkan nasib pada pemegang kuasa yang lebih besar.
Ini diamini Baumeister yang berargumen bahwa manusia, meski pada umumnya mendambakan kontrol terhadap hidup mereka, terkadang merasa lelah atau takut jadi objek evaluasi (bertanggung jawab atas risiko pilihan hidup mereka). Dalam konteks lebih luas, itu bisa menjelaskan mengapa mengapa ide tentang batas atau kekuasaan yang tidak bisa ditembus atau menghalangi kebebasan jadi semacam pelipur bahkan sumber kenyamanan untuk sebagian orang. Ini poin yang menarik mengingat pengikut politik sayap kanan umumnya mendukung individualisme (kompetisi dan kepemilikan pribadi). Namun, kebebasan dan kapitalisme tingkat akhir justru membuat manusia kewalahan hingga memotivasi mereka mencari cara untuk kabur dari dirinya sendiri.
Studi lain yang gak kalah menarik datang dari Barry Schwartz pada 2001 yang menemukan paradoks dari pilihan. Semakin banyak opsi, semakin sulit bagi manusia untuk menentukan pilihan. Dalam kasus ekstrem, manusia akhirnya tak memilih apapun. Itulah mengapa sistem satu partai yang identik dengan sistem pemerintah otoriter/diktator bisa terlihat menarik untuk sebagian populasi.