keluarga monyet resus di India (commons.wikimedia.org/Timothy Gonsalves)
Temuan ini mungkin bukan hal yang mengejutkan mengingat kehidupan berat yang harus dijalani monyet-monyet ini. Amanda Dettmer dari Universitas Yale mengungkapkan pada laman New Scientist kalau salah satu masalahnya adalah kebanyakan orang gak tahu seperti apa rupa monyet yang gak bahagia. Orang-orang mengira monyet sedang tersenyum dan menganggapnya imut dan lucu. Namun, sebenarnya itu tanda rasa takut.
Penulis utama penelitian ini, Mishaal Akbar, juga menyorot realitas kejam yang harus dihadapi para pawang. Menurutnya, para pawang juga tahu benar kalau monyet-monyet ini hidup secara gak layak. Namun, mereka juga bakal menghadapi kesulitan yang lebih besar tanpa pendapatan dari pertunjukan topeng monyet atau monyet menari ini.
Pawang-pawang ini bekerja dalam skema mirip piramida. Mereka harus membayar pemimpin kelompok sekian persentase dari pendapatannya. Mereka terpaksa turut serta dalam siklus gelap dengan risiko kehilangan profesi dan tempat tinggal. Mereka juga ingin menyekolahkan anak-anaknya supaya gak perlu menjalani profesi yang sama seperti orangtuanya. Peneliti mengimbau pada orang-orang untuk gak menjelek-jelekkan komunitas tertentu yang terpaksa turut serta dalam siklus gelap ini demi kesejahteraan hidupnya.
Ia selanjutnya juga berpendapat untuk menawarkan alternatif berkelanjutan pada pawang monyet supaya gak bergantung pada profesinya itu. Hal ini pernah dilakukan untuk menuntaskan masalah profesi beruang menari di India. Dilansir Wildlife SOS, beberapa pendekatan ini termasuk memberikan alternatif pekerjaan lain, membekali keterampilan, sampai menyekolahkan anak-anaknya.
Bagaimana kalau menurutmu? Kira-kira langkah apa yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah ini? Bagikan pendapatmu di kolom komentar, ya.