Ilustrasi ketupat (instagram.com/diary.tour)
Penggunaan ketupat sebagai bagian dari perayaan Idul Fitri tidak lepas dari pemaknaan secara filosofis. Terlihat dari arti kata ketupat, bagian pembuatan, hingga bagaimana masyarakat memandang makanan tersebut
Ketupat sendiri berasal dari singkatan bahasa Jawa, ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan. Dengan menghidangkan ketupat makin menyemarakkan Lebaran untuk saling bermaafan antar sesama umat muslim.
Tradisi Lebaran Ketupat juga tidak bisa lepas dari makna penggunaan janur sebagai pembungkus beras yang direbus. Janur sendiri terbuat dari daun kelapa dan dinamakan dari singkatan jatining nur yang diartikan hati nurani.
Sementara, beras melambangkan nafsu duniawi. Memasukkan beras ke dalam lipatan janur berarti mengunci hawa nafsu dan mengalahkannya dengan hati nurani.
Bentuknya ketupat juga memiliki makna kiblat papat limo pancer. Hal tersebut menggambarkan empat arah mata angin dan satu kiblat. Artinya, ke mana pun manusia pergi, tidak boleh melupakan kiblat untuk salat.
Coba amati bentuk janur yang dijadikan pembungkus ketupat. Anyamannya terlihat rumit, bahkan beberapa kesulitan membuatnya. Daun kelapa yang disusun sedemikian rupa dan saling melekat merupakan simbol kompleksitas masyarakat Jawa masa tersebut.
Adapun janur ketupat yang dianyam saling melekat menganjurkan setiap individu untuk menjaga silaturahmi. Tujuannya, agar tetap melekatkan hubungan antar manusia tanpa membedakan kelas sosial.