Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Adolf Hitler dan Benito Mussolini berjalan di paling depan dalam kunjungan Hitler ke Venesia, Italia antara 14-16 Juni 1934. (commons.wikimedia.org/Istituto Nazionale Luce)

Kemenangan Hitler dalam menumpas musuh-musuhnya memiliki medan yang sulit dan tak bisa dianggap remeh. Faktor terpenting dalam memenangkan sebuah perang adalah kemajuan teknologinya.

Jerman adalah negara adikuasa militer global pada Perang Dunia II. Sebab, pada akhir tahun 1800-an, mereka sudah memiliki teknologi perang yang lebih canggih daripada Inggris, AS, apalagi Uni Soviet.

Selain itu, faktor kemenangan selanjutnya adalah strategi yang matang, sistem militer modern, dan laju perekonomian yang baik. Namun, bagi Nazi Jerman, faktor-faktor mendasar tadi juga menjadi bumerang bagi mereka karena berhasil membalik keadaan.

Semua kegagalan akan ditarik mundur ke belakang, bagaimana kegagalan itu bisa terjadi. Seperti Nazi Jerman yang kalah dengan beberapa penyebab mendasar yang juga jadi faktor kemenangan mereka.

1. Tipe kepemimpinan Hitler

(kiri ke kanan) Hermann Goring, Mussolini, Hitler dan menantunya, Galeazzo Ciano pada 1930-an (commons.wikimedia.org/Unknown author)

Mungkin kamu berpikir jika Hitler adalah seorang diktator. Namun, kamu juga tak boleh melupakan bahwa ia juga "merangkap" sebagai penghasut nomor wahid dalam oratur ulung.

Marcel Susanto dalam artikelnya yang berjudul Mengapa Jerman Kalah di Perang Dunia II? (2018), Hitler punya gaya kepemimpinan yang suka mengadu domba para bawahannya. Pemimpin seperti Hitler hanya memikirkan satu cara agar bisa tetap duduk di kursi kekuasaan dan mempertahankan status quo-nya dengan "meminimalkan" ancaman dari para anak buahnya.

Hitler percaya bahwa manusia memiliki sifat serakah dan sulit dipercaya. Maka dari itu, ia memberikan tugas yang tumpang tindih kepada bawahannya. Ini dilakukan supaya anak buahnya sulit utuk mengancam dirinya dan kedudukannya. Tak hanya tugas dan tanggung jawab yang tumpang tindih, Hitler juga memanipulasi para bawahannya agar mereka saling membenci, bersaing, dan saling menjatuhkan satu sama lain.

Tentu, ada sisi positif dan negatif yang ditimbulkan dari gaya kepemimpinan Sang Fuhrer ini. Sisi positifnya, Hitler sukses besar untuk mengamankan posisinya sebagai pemimpin. Para bawahannya yang begitu dekat dengannya, seperti Hermann Goring, Heinrih Himmler, hingga Josep Gobbels, bahkan bisa saling bertengkar. Mereka bisa juga bersaing hingga akhirnya menjatuhkan satu sama lain.

Sisi negatifnya, para bawahan Hitler tadi tak pernah kompak. Organisasi yang dijalankannya pun tak pernah efisien, mengingat banyak kantor kementrian yang memiliki tugas sama. Padahal itu tak perlu dilakukan. Kasarnya, untuk apa ada macam-macam kementrian kalau masing-masing dari mereka memiliki tugas yang sama?

2. Tidak memiliki strategi jangka panjang

Editorial Team

Tonton lebih seru di