COVID-19 telah berlangsung selama lebih dari tujuh bulan di dunia, namun ternyata masih banyak orang tidak percaya bahwa pandemik ini nyata. Contohnya pun sangat dekat dengan kita.
Di Indonesia, tak sedikit orang yang vokal menyuarakan bahwa mereka menganggap virus corona atau SARS-CoV-2 hanyalah khayalan untuk menakuti masyarakat. Mereka pun dengan santai melanggar segala protokol kesehatan atau bahkan menuduh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan petugas medis membohongi publik.
Kenyataannya, merekalah yang percaya pada teori konspirasi, teori yang dibuat tanpa dasar ilmiah yang kuat. Bisa dibilang klaim-klaim inilah yang justru tidak nyata karena tak ada bukti yang bisa menunjukkan keabsahannya.
Parahnya lagi, para penganut teori konspirasi ini secara konstan memprovokasi masyarakat. Tujuannya untuk menggiring perspektif publik agar percaya dengan teori yang dibawanya.
Namun yang menjadi pertanyaan, kenapa masih banyak orang yang percaya pada teori konspirasi COVID-19? Ditinjau dari sisi psikologis, berikut ini penjelasannya!