TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Luna Maya Bekukan Sel Telur, Ini 5 Fakta Ilmiah dan Caranya

Memungkinkan perempuan hamil di usia berapa pun

ilustrasi pembekuan sel telur (huffingtonpost.co.uk)

Di usianya yang hampir menginjak 40 tahun dan belum menikah, Luna Maya mengaku tidak ambil pusing akan hal ini. Salah satu alasannya, aktris ini telah melakukan pembekuan sel telur atau egg freezing yang memungkinkan dirinya tetap bisa hamil dan melahirkan jika kelak ia menikah di usia yang tidak muda lagi.

Pembekuan sel telur adalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh para perempuan untuk menjaga kesuburan agar tetap dapat hamil di kemudian hari. Prosedur ini melibatkan pengumpulan sel telur, membekukannya, dan kemudian mencairkannya saat akan digunakan.

Seperti yang kita ketahui, peluang seorang perempuan untuk hamil secara alami menurun seiring bertambahnya usia karena kualitas dan jumlah sel telurnya menurun. Nah, pembekuan sel telur ini dapat menjadi upaya untuk menjaga kesuburan dengan cara membekukan sel telur di usia muda dan saat sel telur dalam kualitas terbaik.

Untuk tahu lebih banyak seputar pembekuan sel telur, di bawah ini telah dirangkum informasinya dari laman Mayo Clinic dan Human Fertilisation and Embryology Authority.

1. Kondisi yang cocok untuk melakukan pembekuan sel telur

ilustrasi pasien kanker (pexels.com/timamiroshnichenk)

Membekukan telur bisa menjadi pilihan bagi individu yang belum siap untuk hamil dalam waktu dekat, tetapi masih ingin hamil suatu saat nanti. Pembekuan telur cocok dilakukan bagi perempuan yang:

  • Memiliki kondisi yang mempengaruhi kesuburan, seperti anemia sel sabit, autoimun, dan menjadi transgender.
  • Sedang melakukan pengobatan untuk kanker atau kondisi lain yang mempengaruhi kemampuan perempuan untuk hamil, seperti kemoterapi atau radiasi.
  • Sedang menjalani fertilisasi in vitro. Saat sedang menjalani fertilisasi in vitro, beberapa orang lebih memilih membekukan telur daripada pembekuan embrio karena alasan tertentu.
  • Khawatir jika kesuburan menurun tetapi belum menemukan pasangan yang tepat.

Baca Juga: 7 Cara Meningkatkan Kualitas Sel Telur, agar Cepat Hamil!

2. Berapa lama sel telur dapat disimpan

ilustrasi pembekuan sel telur (huffingtonpost.co.uk)

Standar jangka waktu penyimpanan sel telur adalah maksimal 10 tahun. Namun, perempuan dalam kondisi tertentu dapat menyimpan sel telurnya hingga 55 tahun.

Nantinya, dokter akan memberi tahu apakah seorang perempuan memenuhi kriteria untuk memperpanjang masa penyimpanan sel telur dan menjelaskan apa yang perlu dilakukan jika memenuhi kriteria tersebut. Penting bagi pasien untuk tetap berkomunikasi dengan klinik untuk mencegah telur dibuang jika masa penyimpanan telah habis.

3. Risiko

ilustrasi mual, salah satu risiko dari prosedur pembekuan sel telur (freepik.com/8photo)

Pembekuan telur memiliki berbagai risiko, yang mencakup:

  • Masalah kesehatan berhubungan dengan penggunaan obat kesuburan. Pada kasus yang jarang, penggunaan obat kesuburan untuk menginduksi ovulasi dapat menyebabkan ovarium menjadi bengkak. Ini ditandai dengan nyeri perut, kembung, mual, muntah, dan diare.
  • Komplikasi prosedur pengambilan telur. Penggunaan jarum untuk mengambil telur dapat menyebabkan pendarahan, infeksi atau kerusakan pada usus, kandung kemih, atau pembuluh darah. Namun, kasus ini sangat jarang terjadi.
  • Risiko emosional. Jika pembekuan sel telur tidak membuahkan hasil di masa depan, ini dapat menyebabkan masalah emosional.
  • Jika menggunakan telur beku untuk memiliki anak, risiko keguguran akan didasarkan pada usia saat telur dibekukan. Perempuan yang lebih tua memiliki tingkat risiko keguguran yang lebih tinggi, utamanya karena memiliki sel telur yang lebih tua.

4. Prosedur pembekuan telur

ilustrasi pembekuan sel telur (health.clevelandclinic.org)

Ada serangkaian prosedur yang perlu dijalani untuk melakukan pembekuan sel telur. Berikut langkah-langkahnya:

  • Sebelum pembekuan telur dilakukan, pasien perlu menjalani tes untuk mengetahui apakah ada penyakit menular seperti HIV dan hepatitis. Pemeriksaan ini tidak menentukan apakah seseorang dapat membekukan telur atau tidak, tetapi untuk memastikan bahwa sampel telur disimpan secara terpisah untuk mencegah kontaminasi sampel lainnya.
  • Setelah itu, pasien akan mulai menjalani proses fertilisasi yang biasanya memakan waktu sekitar dua hingga tiga minggu. Proses ini melibatkan konsumsi obat-obatan untuk meningkatkan produksi telur dan membantu telur matang. Saat sudah siap, sel telur akan diambil. Pada saat pengambilan sel telur, pasien berada dalam keadaan di bawah anestesi umum atau sedasi.
  • Pada tahap ini, krioprotektan akan ditambahkan untuk melindungi telur. Telur kemudian dibekukan dengan mendinginkannya secara perlahan atau dengan pembekuan cepat dan disimpan dalam tangki nitrogen cair.
  • Biasanya, petugas medis akan mengambil beberapas sel telur. Ketika akan digunakan, sel telur akan dicairkan dan disuntik dengan sperma pasangan.

Baca Juga: Unik, Ini 7 Metode Tes Kehamilan pada Zaman Dahulu

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya