Bagaimana Jika Bumi Punya Cincin? Ini yang Akan Terjadi!

Terkejutkah kamu? Ada sebuah hipotesis kalau zaman dulu, Bumi dan Bulan adalah satu. Hal tersebut bertahan hingga 4,5 miliar tahun lalu. Sebuah proto-planet yang berukuran seperti Mars menabrak Bumi yang saat itu hampir jadi. Proto-planet tersebut bernama Theia (Θεία).

Tubrukan Theia membuat bebatuan di Bumi terpencar ke luar angkasa. Namun, bebatuan tersebut mengitari Bumi membentuk sebuah cincin seperti yang kita lihat masa kini pada planet Saturnus. Seiring waktu, bebatuan tersebut menyatu dan membentuk Bulan. Dalam mitologi Yunani, Theia adalah ibu dari Selene (Σελήνη), dewi Bulan.

Lalu, kenapa cincin dari Theia tidak bertahan? Kuncinya adalah "Batas Roche". Dicetuskan oleh ilmuwan Prancis, Édouard Roche, pada 1848, batas Roche memperhitungkan jarak yang harus dipenuhi benda langit untuk mempertahankan keberadaannya meski diterpa gaya pasang surut benda langit induk.

Jika masih berada di kisaran batas Roche, benda langit akan hancur oleh gravitasi Bumi dan mengitarinya sebagai cincin. Namun, jika keluar dari batas Roche, materi langit akan bergabung jadi objek langit baru. Menurut hipotesis tubrukan besar, tubrukan Theia keluar dari batas Roche sehingga muncullah Bulan.

Terletak cukup jauh dari Matahari, cincin yang mengitari Saturnus terdiri dari mineral bebatuan dan es. Bagaimana dengan cincin Bumi? Sayangnya, hanya terdiri dari bebatuan saja. Sebagai planet ke-3 dari Matahari, radiasi dan panas sang Surya sudah pasti membuat es menguap.

Jadi, apakah cincin Bumi akan terlihat gelap? Tentu tidak! Bulan yang didominasi bebatuan dan berwarna abu-abu tetap memantulkan cahaya Matahari. Saat di fase purnama, Bulan terlihat amat terang karena memantulkan cahaya dengan intensitas lebih dan jaraknya juga lebih dekat dengan Bumi.

Sekarang, bayangkan cincin yang jaraknya mengikuti batas Roche dan lebih dekat daripada Bulan. Diprakirakan, cincin Bumi akan memantulkan 1.300 watt sinar Matahari per meter persegi ke Bumi.

Fakta menarik, Saturnus memiliki cincin yang berlapis tujuh. Apakah bisa Bumi memiliki cincin setebal itu? Jika Bumi memiliki cincin, harusnya ukuran kelilingnya membentang 5.900 kilometer dan memiliki ketebalan mencapai 9,5 meter.

Mengenai lapisan cincin Bumi bisakah setebal Saturnus, hal ini tergantung apakah Bumi memiliki "bulan gembala", satelit alami kecil yang memberi jeda antara lapisan cincin dan menjaga partikel tetap di dalam cincin.

Sebagai contoh, cincin Saturnus memiliki beberapa bulan gembala seperti Prometheus, Daphnis, Pan, Janus, dan Epimetheus. Jika cincin Bumi memiliki bulan gembala, maka dari permukaan Bumi akan terlihat seperti titik terang di sekitar tepi cincin.

Sayangnya, dengan Bulan yang menemani Bumi saat ini, sangat kecil kemungkinan kalau Bumi akan memiliki cincin. Hal ini dikarenakan Bulan juga memiliki gaya gravitasi. Ditambah dengan Bumi, akan terjadi gaya pasang surut yang mengganggu cincin, sehingga menyebabkan Bumi tidak memiliki cincin.

Jika Bumi memiliki cincin, maka posisi Bumi yang paling dekat dengan cincin adalah lapisan atmosfer yang disebut termosfer. Lapisan termosfer mencapai ketinggian 1.000 kilometer dari permukaan Bumi. Bagaimana dengan pesawat komersial?

Untungnya, kegiatan pesawat komersial biasanya beredar di 11 kilometer dari permukaan Bumi, sehingga tidak perlu takut menabrak cincin Bumi. Namun, manusia patut berhati-hati karena jika materi cincin terlalu dekat ke Bumi, maka gravitasi akan menarik materi tersebut menjadi meteorit!

Lalu, bagaimana dengan roket atau stasiun luar angkasa jika ada cincin Bumi? Seharusnya, satelit, pesawat ruang angkasa, atau stasiun luar angkasa hanya mencapai di bawah cincin Bumi. Sebagai contoh, Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) mengorbit 400 km di atas Bumi.

Akan tetapi, ada juga wahana yang mengorbit di luar cincin. Sebagai contoh, satelit geostasioner biasanya mengorbit hampir 36.000 km di atas permukaan Bumi atau jauh dari cincin Bumi. Namun, karena keberadaan cincin Bumi, kinerja satelit geostasioner bisa terganggu.

Sayangnya, keberadaan cincin Bumi bisa mengganggu perkembangan bidang astronomi di Bumi. Hal ini dikarenakan cincin Bumi menghalangi pemandangan langit di malam hari.

Karena langit malam terhalang oleh terangnya cincin Bumi, maka sulit bagi rakyat Bumi untuk mengetahui hal-hal tentang luar angkasa seperti keberadaan planet dan galaksi lain, hingga keberadaan galaksi lain dan luasnya alam semesta. Belum lagi, struktur cincin Bumi yang tak diketahui juga menghalangi eksplorasi luar angkasa.

Cincin Bumi dapat terlihat dari seluruh pelosok Bumi, siang dan malam. Cahaya Matahari yang dipancarkan oleh cincin Bumi di malam hari bisa menjadi masalah tersendiri untuk hewan-hewan nokturnal.

Mata spesies nokturnal secara khusus digunakan untuk melihat melalui kegelapan. Peningkatan luminositas yang signifikan dapat membuat penglihatan mereka berantakan. 

Sebenarnya, kita patut bersyukur juga Bumi tetap apa adanya. Jika Bumi memiliki cincin, bayangannya dapat merusak tatanan cuaca di Bumi! Salah satu hal yang terdampak adalah perubahan intensitas sinar matahari yang dapat membuat tanaman tidak dapat berfotosintesis dan mengancam suplai oksigen Bumi.

Lalu, selama musim dingin di Belahan Bumi Utara dan musim panas di Belahan Bumi Selatan, bayangan cincin Bumi akan menyebabkan suhu yang lebih dingin dan suhu panas ekstrem! Saking dingin dan panasnya, kemungkinan besar, Bumi jadi tidak layak huni.

Akan tetapi, perubahan suhu ini juga tergantung dari ketebalan dan komposisi cincin Bumi. Jika cincin Bumi lebih banyak batu dibandingkan es, maka pantulan cahaya jadi lebih minim.

Jika Bumi tercipta dengan cincin, maka navigasi di zaman lampau pun jadi lebih mudah dimengerti. Hal ini amat membantu, terutama untuk para pelaut di zaman lampau yang kesulitan menentukan lokasi hanya dari sudut pandang astronomi. Oleh karena itu, cincin di langit Bumi bisa membantu navigasi dengan berbagai cara!

Gerakan revolusi bulan gembala di cincin Bumi dapat dijadikan patokan. Selain itu, cara bayangan Bumi jatuh di atas cincin juga bisa berfungsi sebagai penunjuk waktu raksasa. Dengan kata lain, keberadaan cincin Bumi akan amat bermanfaat di bidang navigasi.

Memang, memperkirakan cincin pada Bumi terdengar seperti fiksi ilmiah belaka. Namun, daripada menuduh pendaratan di Bulan adalah hoaks, memikirkan hal seperti ini jauh lebih bermanfaat dan siapa kira ada risiko dan manfaatnya kalau Bumi memiliki cincin seperti Saturnus.

Namun, tidak perlu menunggu lama karena seorang seniman di bidang astronomi dan penulis fiksi ilmiah, Ron Miller, menuangkan imajinasinya saat memikirkan bagaimana Bumi terlihat jika memiliki cincin. Berikut adalah gambaran dari Ron!

Bagaimana? Indah bukan? Itulah hal-hal yang terjadi jika Bumi memiliki cincin layaknya Saturnus. Eh, tahukah kamu kalau selain Saturnus, planet Jupiter, Uranus, dan Neptunus juga sebenarnya memiliki cincin semu?! The more you know.

Bagi beberapa ilmuwan, Bumi dulunya bercincin, kok. Akan tetapi, cincin tersebut hengkang dan membentuk Bulan yang menghiasi langit malam. Ya, mungkin sudah kehendak Yang Maha Esa. Mari bersyukur dengan bentuk Bumi saat ini dan jaga agar tetap layak huni!