Pada tahun 2015, ditandatangani sebuah perjanjian yang dirancang untuk menjaga suhu rata-rata global, yaitu Perjanjian Paris. Perjanjian tersebut berisi tentang komitmen masyarakat dunia untuk menjaga kenaikan rata-rata suhu global di bawah 2 derajat Celsius dan idealnya harus lebih rendah dari 1,5 derajat Celsius. Target ini ditetapkan untuk menjaga keberlangsungan kehidupan di Bumi.
Namun, pada beberapa waktu terakhir, dilaporkan suhu global mengalami kenaikan sekitar 1,3 derajat Celsius, lebih hangat dari suhu tingkat pra-industri (sebelum masa penggunaan bahan bakar fosil meluas). Dilansir laman ABC, pada tanggal 17 dan 18 November 2023, suhu dunia bahkan sempat mengalami kenaikan suhu tertinggi, yaitu 2 derajat Celsius. Efek ini menjadikan tahun 2023 menjadi tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah iklim dunia.
Angka 1,5 atau 2 derajat Celsius memang bukan target atau acuan mutlak suhu global. Namun, setiap angka kenaikan merupakan tanda peringatan yang harus diwaspadai. Ini bisa menempatkan Bumi pada titik kritis yang tidak dapat diubah lagi.
Kenaikan suhu 2 derajat Celsius dalam waktu sehari atau dua hari memang tidak bisa disimpulkan telah melanggar batas suhu rata-rata global. Namun, jika suhu Bumi benar-benar mencapai angka ini secara konsisten, ada beberapa dampak besar yang bisa terjadi. Apa saja dampak serius dari kenaikan suhu 2 derajat Celsius? Berikut penjelasannya.