ilustrasi tertawa (unsplash.com/Priscilla Du Preez)
Meskipun lelucon receh kerap dianggap 'receh' dalam artian hanya lucu bagi orang yang mudah terhibur, ternyata gurauan ini bisa menjadi pertanda kecerdasan. Studi yang dimuat dalam jurnal Intelligence menemukan bahwa gurauan receh memiliki kaitan dengan bakat mental dan bakat dalam perkawinan.
Selain kreatif dan pintar, selera humor seperti ini dihubungkan dengan sikap-sikap yang baik dimiliki oleh orangtua. Pakar lain berpendapat bahwa jokes receh dalam bentuk permainan kata membantu orang berkomunikasi secara lebih efektif.
Menurut Peter McGraw, direktur Humor Research Lab di University of Colorado dan John Pollack, konsultan komunikasi sekaligus penulis buku The Pun Also Rises, sering kali pembuatan lelucon receh ini bertujuan untuk mendapatkan reaksi 'Aha!' sebagai tanda mengerti ketimbang reaksi 'Haha' sebagai tanda tertawa. Contohnya, pertanyaan 'Mata kabur sebelah obatnya apa' malah dijawab 'Dikejar sampai ketangkap ya'. Lelucon ini dapat menimbulkan dua reaksi, 'Haha' dan 'Aha'.
Peter McGraw menjelaskan bahwa permainan kata merupakan demonstrasi kecerdasan. Mereka yang membuat gurauan receh mengandalkan kemampuan orang yang menerima gurauan tersebut untuk mengurai bahasa, memahami nuansa, dan kerumitan kata-kata.
Melihat dari sisi sejarah, John Pollack mengatakan bahwa sepanjang sejarah dunia Barat, permainan kata adalah bentuk kecerdasan yang tinggi. Permainan kata adalah alat yang digunakan untuk mengemas lebih banyak makna dalam jumlah kata yang pendek.