Terkadang perilaku obsesif pun bisa menjadi keuntungan, misalnya jika dihadapkan pada situasi di mana perasaan yang mendalam itu dibutuhkan (ambil contoh pada hubunganmu dan ke anak-anak). Namun, masalah demi masalah bermunculan ketika hubungan tersebut hancur (putus) dan kita bereaksi "memaksakan" adaptif dengan cara yang dibuat-buat dan belum tentu menenangkan kita.
Sahakian mengatakan bahwa sangat memungkinkan prefrontal cortex kita dilatih, agar membantu kita menahan bagian impulsif otak yang mendorong kegalauan akibat putus cinta. Memang mudah mengatakannya, tapi itulah yang harus dicoba.
Mungkin memang akan memakan waktu dalam melatihnya dan cukup sulit sama halnya dengan melatih otot, apalagi jika kamu masih baru-baru saja putus cinta. Namun itu akan membuat otakmu makin kuat ke depannya dalam menghadapi situasi yang sama ataupun lebih siap untuk kondisi yang lebih buruk seperti kehilangan selamanya.
Setidaknya kamu perlu terus melatih otakmu untuk memikirkan apa yang ada sekarang sesuai tujuan tes di atas, bukan tenggelam dalam masa lalu yang gak akan kembali dalam bentuk yang sama. Masih galau?