Begini Nasib Perempuan pada Era Pengadilan Penyihir Salem di Amerika

Hidup di masa ketika perempuan dituduh sebagai penyihir adalah salah satu hal yang mengerikan. Nyatanya hal ini pernah terjadi sekitar akhir tahun 1600-an di Salem, Massachusetts, Amerika Serikat. Bukan sekadar tuduhan, tapi menyangkut kekejaman dan mempertaruhkan nyawa seseorang.
Menjadi seorang perempuan di Salem, Massachusetts selama masa tersebut sangatlah berbahaya, bahkan bagi laki-laki sekalipun. Belum lagi, saat itu juga terjadi musim dingin yang sangat ekstrem, masalah gagal panen, dan perselisihan politik. Yuk, kita cari tahu penjelasannya!
1. Apa yang sebenarnya terjadi di Salem pada akhir tahun 1600-an?
Sebelum kita mulai, ada banyak kesalahpahaman tentang apa yang terjadi selama persidangan penyihir Salem. Pertama, tidak ada yang dibakar. Melansir Washington Post, sebagian besar orang yang tewas selama persidangan penyihir Salem biasanya dihukum gantung.
Hal ini dimulai ketika dua gadis, masing-masing berusia 9 dan 11 tahun, bertingkah aneh. Mereka berteriak dan melemparkan barang-barang seperti orang kesurupan. Tak lama, lebih banyak gadis yang mengalami hal serupa.
Gadis-gadis ini semakin tertekan karena diminta untuk membuat pengakuan. Mereka pun menunjuk ke tiga "penyihir" pertama, salah satu dari mereka mengaku dan melibatkan yang lain. Saat itulah histeria tentang penyihir dimulai. Pada akhirnya, hampir 200 orang didakwa, 20 orang telah dieksekusi, dan beberapa meninggal saat berada di penjara.
2. Cuaca di Salem pada saat itu sangatlah buruk
Cuaca juga mengambil peran penting dalam hal ini. Tahun 1680-an dan 1690-an terjadi "Maunder Minimum", periode menjelang pertengahan Zaman Es Kecil, ketika beberapa gletser gunung dunia meluas dan menyebabkan perubahan suhu global.
Selama tahun-tahun itu, cuaca sangat ekstrem di musim dingin dan kering di musim panas. Kota-kota yang dulunya makmur di Massachusetts tiba-tiba tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan bagi penduduknya.
Begitu pula di Salem, banyak orang yang kelaparan, ketika dua kondisi itu terjadi, masyarakat menjadi gelisah dan saling menuduh terkait ilmu hitam.
3. Suasana politik di Salem bisa dibilang berantakan
Penjajah yang membangun koloni di Salem memiliki kekhawatiran, pasalnya, Amerika terlibat konflik besar dengan Kanada dan konflik ini menimbulkan kecemasan terkait pasokan kebutuhan pangan. Apa yang terjadi di negara asal dapat berdampak cukup besar pada kehidupan penjajah ini.
Dilansir Smithsonian Magazine, masalah Salem diperparah oleh fakta bahwa ia juga memiliki kelebihan pengungsi karena Perang Raja William, perang mahkota Inggris dengan Prancis di Amerika Utara, inilah yang memainkan peran dalam pengadilan penyihir Salem. Terlebih, beberapa sarjana berpikir bahwa "penderitaan" gadis-gadis yang membuat tuduhan mungkin karena trauma dan gangguan mental yang mereka alami.
4. Tidak mengikuti aturan di Salem akan diadili dengan cara tak biasa
Bukan hanya politik dan cuaca yang membuat hidup menjadi sulit di Salem, tetapi juga aturan-aturan yang dipaksakan oleh agama mereka sendiri. Penduduk setempat adalah orang Puritan. Mereka terkenal karena memiliki banyak aturan yang harus diikuti dan konsekuensinya sangat buruk jika melanggar.
Menurut laman Michigan State University, undang-undang itu tidak hanya mengenai hal-hal dasar seperti mencuri, hukum Puritan juga mendikte moral serta perilaku penduduknya. Gereja memegang wewenang atas warganya sehingga hanya sedikit yang berani mengkritik. Mereka yang berani mengkritik akan dicap tidak beriman dan bahkan dituduh memiliki ilmu sihir.
5. Para perempuan Salem harus sempurna dari segala sisi kehidupan
Kaum Puritan menyarankan agar perempuan berpenampilan feminin dan sederhana. Perempuan juga harus memberikan contoh moral yang baik kepada keluarga, jika gagal, mereka akan dicap buruk oleh masyarakat saleh setempat.
Dilansir Women in Early America: Struggle, Survival, and Freedom in a New World, perempuan yang dituduh melakukan percabulan akan dicambuk, dipermalukan di depan umum, dipaksa membaca pernyataan yang memalukan di depan jemaat, dan dikenakan denda. Laki-laki juga akan mengalami penghinaan jika terlibat dalam percabulan pranikah, namun, perempuan akan mendapatkan diskriminasi yang jauh lebih buruk.
Perempuan yang melakukan zina akan menjadi olok-olokan dan dianggap kotor, tidak bermoral, dan tidak dapat dipercaya. Sementara itu, mereka yang hamil di luar nikah akan mengalami pengucilan.
Ibu tunggal juga akan dicambuk di depan umum jika melahirkan anak tanpa suami. Selain itu, pejabat kota memiliki hak untuk membawa anaknya pergi dan menempatkan dia dalam perbudakan kontrak.
6. Nonkonformis Salem menjadi sasaran utama
Perempuan di Puritan New England dianggap lemah dan dianggap lebih rentan dirayu oleh iblis. Dilansir Refinery29, perempuan pertama yang diadili karena sihir di Salem adalah mereka yang tidak bersinambung dengan masyarakat Puritan.
Salah satunya adalah orang tua, berusia 50-an atau lebih, yang melakukan hubungan seks pranikah dengan suami keduanya. Lalu, seorang janda tunawisma yang sering mengemis uang dan makanan. Ada pula seorang budak dari Barbados atau Amerika Selatan, yang dicurigai mengetahui ilmu sihir.
Warga Salem mulai menuduh semua orang dan anjing (ada dua anjing yang dituduh santet). Orang-orang ini mungkin ditoleransi, tetapi dalam histeria yang menggebu-gebu, mereka menjadi sasaran yang jelas.
7. Perempuan yang suaminya terlibat dalam politik di Salem bisa dituduh sebagai penyihir
Politik Salem, Massachusetts sangat terpecah. Pada masa itu, seseorang dapat menggunakan hukum Puritan untuk membalas musuhnya. Perempuan di Salem juga harus mengikuti keyakinan politik suaminya, bahkan jika itu tidak sesuai dengan hati nuraninya.
Dilansir laman History of Massachusetts, keluarga-keluarga paling berkuasa di Salem terlibat dalam sengketa tanah dan umumnya saling membenci. Begitu persidangan bergulir, mulai jelas bahwa seseorang dapat dituduh tidak hanya karena keyakinan politiknya sendiri, tetapi juga karena keyakinan politik suaminya.
Salah satunya Rebecca Nurse. Ia dituduh sebagai penyihir dan dihukum gantung tidak lama setelah suaminya bergabung dengan sebuah komite yang menentang menteri kota.
8. Jika seorang laki-laki membela perempuan selama persidangan, ia juga akan dijatuhi hukuman gantung
Di zaman modern, kita memiliki kebebasan untuk berbicara dalam menentang ketidakadilan. Namun, selama masa persidangan penyihir Salem, menentang ketidakadilan justru menjadi tindakan yang berbahaya.
Mengutip dari laman History, istri John Proctor yang sedang hamil, Elizabeth, adalah salah satu orang yang dituduh melakukan sihir. Suaminya, John Proctor adalah salah satu dari sedikit warga yang berani mengatakan bahwa para penuduh berbohong, dan dia menganggap persidangan itu tidak adil.
Sementara itu, banyak laki-laki di persidangan berkata, "Dia penyihir! Gantung dia!". Jadi, pendapatnya tidak dihargai di antara rekan-rekannya. Proctor akhirnya menuduh dirinya sendiri dan menjadi salah satu dari sedikit laki-laki di Salem yang digantung karena sihir.
9. Perempuan di pengadilan penyihir Salem tidak dapat membela diri
Di Salem, Massachusetts, perempuan adalah warga negara kelas dua. Perempuan tidak mendapatkan hak untuk memilih di Pengadilan Umum, tidak dapat membeli atau menjual tanah, tidak dapat menuntut seseorang, mengajukan gugatan cerai, dan harus menuruti semua hal yang diperintahkan suami.
Dikutip dari Refinery29, persidangan di Salem mirip seperti penyelidikan kongres modern di mana orang-orang yang ditanyai kebanyakan akan diteriaki. Hakim akan melemparkan pertanyaan dengan nada marah dan menuduh, mungkin untuk membangkitkan semangat di antara para penonton ketimbang memberikan kesempatan kepada terdakwa untuk membela diri.
Selama persidangan penyihir Salem, hampir 200 orang dituduh mempraktikkan ilmu sihir, tapi mengapa tidak semua dari mereka dieksekusi? Itu karena mereka berani mengaku, meskipun apa yang dituduhkan tidak terbukti.
Budak yang mengaku sejak awal justru akan dibebaskan. Beberapa juga bebas karena mengaku melakukan kejahatan konyol yang dituduhkan seperti berzina dengan iblis dan mengendarai sapu.
10. Bagaimana selamat dari tuduhan penyihir?
Kaum Puritan sangat menyukai dekrit Paulus terhadap perempuan yang memiliki otoritas spiritual. Paulus berkata, "Biarkan perempuanmu diam di gereja, karena mereka tidak diizinkan untuk berbicara, tetapi mereka harus tunduk, seperti yang juga dikatakan hukum."
Arahan itu terbawa ke kehidupan Puritan. Seorang perempuan tidak memiliki banyak suara di luar keluarganya sendiri, dan bahkan di dalam keluarganya sendiri.
Tuduhan penyihir ini justru dilayangkan bagi perempuan yang tertindas dan takut menyuarakan pendapatnya. Dilansir The Journal of American Academy of Psychiatry and the Law yang diterbitkan pada Juni 2013, agar selamat dari tuduhan, gadis-gadis itu menuduh perempuan lain. Mereka juga akan bergabung dengan si korban dengan menjadi pendukung.
11. "Bukti" di pengadilan penyihir Salem dapat dibuat-buat
Smithsonian Magazine melansir bahwa di Salem, seseorang dapat dihukum berdasarkan "bukti spektral". Artinya, seorang penuduh dapat mengklaim bahwa mereka melihat terdakwa berinteraksi dengan setan di dalam mimpi atau penglihatan mereka, dan klaim konyol itu bisa dimasukkan sebagai bukti.
Tidak semua orang berpikir bahwa bukti spektral itu adil. Seorang menteri bernama Cotton Mather menulis surat ke pengadilan, meminta bukti spektral untuk dianulir. Namun, semua pengadilan menolaknya dan tetap digunakan untuk terus menghukum orang.
Sebenarnya, banyak faktor penentu yang membuat pengadilan sihir Salem terjadi. Namun, perempuan harus menanggung beban kekejaman ini.