Para peneliti berspekulasi bahwa ketakutan kita tentang orang berkulit gelap secara gak sadar adalah karena stereotype warna hitam yang ditanamkan sejak dulu dalam pikiran kita. Seperti halnya warna hitam yang diibaratkan dengan iblis atau sesuatu buruk, sedangkan warna putih diibaratkan dengan sesuatu yang suci dan bersih.
Padahal diketahui dalam berbagai ajaran kepercayaan bahwa yang dibahas adalah cahaya dan kegelapan, bukan soal warna. Bahkan pada simbol Yin-Yang, yang ditekankan adalah esensi bahwa di dalam kebaikan ada kejahatan sesedikit-sedikitnya dan di dalam kejahatan ada kebaikan sesedikit-sedikitnya. Bukan soal warnanya, tapi soal keseimbangannya. Semua orang itu sama dan seimbang dalam segala aspeknya.
Penelitian pendukung juga menunjukkan bahwa amygdala merespon prasangka gak hanya berdasarkan karakteristik semacam ras atau warna kulit. Amygdala juga bekerja secara aktif berprasangka terhadap semua orang yang kamu rasa berbeda karakteristik denganmu, baik dari tim olahraga favorit, gender, orientasi seksual, agama, asal kota dan masih banyak faktor lain. Berprasangka itu wajar dan natural, tapi di era serba digital ini sebaiknya kita cerdas menyikapi prasangka dengan menyimpannya untuk diri sendiri saja. Bukan untuk menimbulkan perpecahan.
Jadi, janganlah pernah melihat perbedaan warna kulit sebagai suatu ancaman atau hal yang merugikan. Justru perbedaan itu yang membuat hidup kita menjadi lebih indah dan bermakna. #SatuIndonesia