Proyek ambisius ini tidak mungkin terwujud tanpa teknologi penyuntingan gen modern seperti CRISPR. Dengan CRISPR-Cas9, ilmuwan dapat menyisipkan, menghapus, atau mengganti bagian spesifik dari DNA dengan presisi tinggi.
Dalam kasus dire wolf, teknologi ini digunakan untuk memodifikasi genom serigala abu-abu agar menyerupai karakteristik genetik spesies purba yang telah punah.
Meskipun hasil akhirnya belum sepenuhnya identik dengan Aenocyon dirus asli, penggunaan CRISPR memungkinkan penciptaan organisme dengan penampilan dan sebagian fungsi biologis yang mendekati versi aslinya.
Ini tentunya menjadi langkah yang memicu perdebatan antara harapan ilmiah dan etika ekologis.
Klaim bahwa serigala purba telah “dihidupkan kembali” tentu menggugah imajinasi, namun juga menimbulkan pertanyaan besar. Apakah ini benar-benar kebangkitan spesies yang telah punah, atau sekadar rekayasa ulang yang menyerupai bentuk aslinya? Teknologi seperti CRISPR memang membuka kemungkinan luar biasa dalam bioteknologi dan konservasi, tetapi juga membawa tantangan etika dan ilmiah yang belum sepenuhnya terjawab.
Referensi
"No, the dire wolf has not been brought back from extinction". Diakses pada April 2025. New Scientist.
Perri, Angela R., Kieren J. Mitchell, Alice Mouton, Sandra Álvarez-Carretero, Ardern Hulme-Beaman, James Haile, Alexandra Jamieson, et al. “Dire Wolves Were the Last of an Ancient New World Canid Lineage.” Nature 591, no. 7848 (January 13, 2021).
"Direwolf". Diakses pada April 2025. Colossal.