Satu masalah besar adalah efek tersebut susah dihasilkan, walaupun belum menghentikan banyaknya teori yang dilahirkan, tentang bagaimana caranya supaya efek Mpemba itu bisa bekerja. Salah satunya adalah karena air panas akan menguap, yang akan mengurangi massa dan jumlah air untuk membeku. Alasan lainnya adalah air dalam temperatur rendah membeku dari atas, sedangkan air hangat membeku dari bawah.
Ini masih menjadi topik menarik. Forbes mencatat bahwa pada tahun 2012, Royal Society of Chemistry bahkan mengadakan kompetisi untuk penjelasan terbaik terhadap efek Mpemba tersebut - dengan pemenangnya berpikir bahwa itu fenomena “supercooling”.
Petugas keselamatan radiasi, James Brownridge, dibantu oleh New York State University, telah mempelajari efek Mpemba di waktu luangnya selama dekade terakhir, Mereka melakukan ratusan percobaan, dan mereka menemukan bahwa proses pendinginan unik terlibat dalam efek ini.
Brownridge mengatakan dia menemukan air biasanya mengalami kondisi supercool pada 0°C dan hanya mulai membeku di bawah suhu ini. Titik beku diatur oleh kotoran dalam air yang membentuk formasi kristal es. Kotoran seperti debu, bakteri, dan garam terlarut semuanya memiliki suhu nukleasi yang khas. Ketika memang ada tambahan materi seperti itu, beberapa titik beku ditentukan oleh suhu nukleasi tertinggi.
Namun bagaimana itu terjadi atau apakah efek itu benar-benar bisa diterapkan di kehidupan sehari-hari, masih belum benar-benar jelas. Walaupun begitu, penelitian paling baru akan menawarkan solusi paling masuk akal, walaupun belum banyak yang setuju menjadikannya pegangan. Repot juga ya tentang air beku lebih cepat mana.